Pages

Wednesday, July 3, 2013

Muhriyadi GURU INDONESIA

BELAJAR ANAK TK MELALUI BERMAIN

1.1 Latar Belakang
Filosofi yang mendasari setiap proses pendidikan termasuk di TK ialah
bahwa anak merupakan sentral dari seluruh proses pendidikan. Ada
kesamaan pandangan bahwa esensi dari segala usaha pendidikan adalah
mengantarkan anak agar tumbuh dan berkembang menuju kematanagan,
kemandirian dan kedewasaan. Anak-anak TK sekarang akan menjadi orang
dewasa di awal abad 21. Dunia mereka akan berbeda dengan dunia yang
kita rasakan sekarang, masyarakat terus berubah. Bagaimana orang tua
dan guru dapat mempersiapkan anak-anak dengan baik agar mereka dapat
menjadi anggota masyarakat yang berhasil di masa mendatang ? Kemampuan
apa yang mereka butuhkan ? Paulo Freire, seorang aktivis dari Brasil
mengatakan bahwa "Pendidik harus dibimbing dengan mimpi-mimpi dan
harapan". Ia juga mengatakan bahwa saya tidak dapat menghargai seorang
guru yang tidak mempunyai mimpi tentang suatu masyarakat tempat ia
ingin hidup di dalamnya. Kita harus membangun masyarakat yang dapat

mempersiapkan anak-anak dengan kemampuan sosial yang mereka akan
butuhkan dalam kehidupannya adalah merupakan tujuan dasar dari Program
Pra-sekolah Tahap demi tahap.
Dalam rangka mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi
tantangan jaman, maka banyak masyarakat yang mempersiapkan anaknya
untuk belajar lebih giat dan rajin lagi serta mengarahkan anaknya agar
jangan banyak bermain belaka. Jadi pada pemahaman kebanyakan orang tua
dan pendidik sekarang bermain dianggap sebagai hal yang kurang begitu
penting.
Untuk itulah, maka atas nama pendidikan anak usia dini, anak-anak TK
sudah dituntut untuk bisa menguasai berbagai kemampuan canggih
misalnya Calistung, lancar berbahasa Inggris, pandai menggunakan
komputer dan sebagainya dengan mengabaikan kebutuhan bermain anak.
Bahkan terjadi penyempitan arti dari bermain yang hanya dikaitkan
dengan kegiatan fisik dan kesenangan yang tanpa arti, sehingga
masyarakat (orang tua dan pendidik di TK) hanya mengenal Slogan yang
tanpa makna yaitu di TK Belajar Sambil Bermain dan Bermain Sambil
Belajar.
Anak ibarat sebuah benih tanaman yang akan tumbuh dengan baik atau
sebaliknya bergantung pada tempat dimana ia ditanam, bagaimana pemilik
/ pemelihara merawatnya serta memberi ruang yang cukup untuk dan
berkembang secara baik sesuai dengan jenis fitrah tanamannya.
Maka sangatlah penting anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang
tersebut dirangsang melalui ketersediaan sarana dan prasarana, SDM
berkualitas dan lingkungan yang mendukung, dan yang tidak kalah
pentingnya belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar dengan
ceria, cerdas, sehat dan penuh kreatifitas.




2.1 Dasar Pandangan Teori Tentang Bermain
2.1.1 Pengertian
Dalam Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 penjelasan pasal 28 ayat 3
bahwa Taman Kanak-kanak (TK) menyelenggarakan pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Oleh pakar sering dikatakan bahwa dunia
anak adalah dunia bermain. Seorang pakar sejarah bernama Johan
Huizinga (1872-1945) dalam karyanya yang berjudul "Homo Ludens" tiba
pada kesimpilan bahwa kebutuhan bermain itulah yang membedakan manusia
dari hewan. Bahkan melaui permainannya itu terpantul pula kebudayaan
suatu bangsa.
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan
aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan
sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain (Dworetzky,1990 : 395 –
396) :
a. Motivasi intrinsik
b. Pengaruh positif sebab menyenangkan
c. Bukan dikerjakan sambil lalu melainkan lebih bersifat pura-pura
d. Cara lebih diutamakan daripada tujuan
e. Kelenturan.
Sedangkan Rubin, Fein, dan Vendenverg dalam hudhes, 1995 mengatakan
bahwa bermain harus memenuhi 5 ciri utama yaitu :
1. Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak
2. Bermain dipilih secara bebas oleh anak
3. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan
4. Bermain tidak harus menggambarkan hal yang sebenarnya saat itu
5. Bermain senantiasa melibatkan peran serta aktif anak.
Dengan demikian menurut penulis bahwasanya dalam bermain itu harus
mengandung unsur-unsur, antara lain :
a. Keikhlasan/kesukarelaan dari anak
b. Ada kebebasan
c. Ada kesenangan
d. Ada daya khayal/imajinasi anak
e. Peran aktif anak

2.1.2 Fungsi Bermain Bagi Anak TK
Menurut Hetherington dan Parke (1979) bermain berfungsi untuk
mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain anak
dimungkinkan meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu dan
memecahkan masalah yang didapinya. Bermain juga meningkatkan
perkembangan sosial anak. Dengan menampilkan berbagai macaaam peran,
anak berusaha memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan
diambilnya setelah ia dewasa kelak.
Fungsi bermain tidak hanya meningkatkan perkembangan kognitif dan
sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral,
kreatifitas dan perkembangan fisik anak. Sedangkan beberapa fungsi
lainnya dari bermain untuk mempertahankan keseimbangan, menghayati
berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari,
mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang,
menyempurnakan ketrampilan-ketrampilan yang dipelajari, menyempurnakan
ketrampilan memecahkan masalah dan meningkatkan hubungan dengan anak
lain.

2.1.3 Jenis Bermain
Hurlok (1978) berpendapat bahwa ada 2 penggolongan utama kegiatan
bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan menurut Kak
Seto ditinjau dari sumber kegembiraannya kegiatan bermain secara
garis besar dibagi dua yaitu bermain aktif dan bermain pasif.
Bermain aktif adalah jenis bermain dimana kegembiraan anak muncul dari
apa yang telah dilakukan oleh anak itu sendiri. Sementara itu, bermain
pasif atau hiburan merupakan jenis bermain dimana anak memperoleh
kegembiraan melalui usaha yang ddilakukan orang lain.
Selanjutnya Kak Seto juga menjelaskan juga jenis bermain ditinjau
dari aktivitasnya yaitu meliputi bermain fisik, bermain kreatif,
bermain imajinatif dan manipulative play.

2.1.4 Manfaat Bermain
Fungsi bermain juga bisa dilihat manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan bermain bagi anak. Dari penelitian yang telah dikemukakan
para ilmuwan dapat disimpulkan bahwa Bermain merupakan pengalaman
belajar yang sangat berguna bagi anak. Menurut Mayke S.Tedjasaputra
dalam buku Bermain, Mainan dan Permainan dijelaskan bahwa manfaat
bermain untuk mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan anak
yaitu aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kepribadian, kognisi,
ketajaman pengindraan, ketrampilan olah raga dan menari. (38-45)
Sedangkan menurut Kak Seto dalam buku Bermain dan Kreatifitas
dijelaskan bahwa ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan bermain yaitu manfaat secara fisik, manfaat terapi, manfaat
edukatif, manfaat kreatif, pembentukan konsep diri, manfaat sosial dan
manfaat moral.
Dengan demikian semakin jelaslah bahwa betapa pentingnya kegiatan
bermain bagi seorang anak TK. Dengan bermain banyak manfaat yang
didapatnya dan itu semua merupakan dasar bagi perkembangan anak
selanjutnya.

2.2.1 Pengertian Belajar
Hilgard mengatakan bahwa berlajar adalah suatu proses perubahan
kegiatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan,
kecakapan, tingkahlaku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan
(pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena
pertumbuhan, kematangan atau karena keadaan sementara seperti mabuk.
Sementara H. Roth melihat belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti
perbaikan-perbaikan tingkah laku memperoleh tingkah laku baru dan
kecakapan-kecakapan.. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan
(perbaikan) fungsi kejiawaan, hal mana menjadi syarat bagi perubahan
tingkah laku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada prinsipnya
adalah usaha sadar manusia untuk mendapatkan mendapatkan ssesuatu yang
diinginkan yakni berupa informasi, sikap maupun ketrampilan. Sedangkan
yang dimaksud usaha sadar manusia yaitu usaha/ aktifitas yang dia
sendiri tahu kenapa melakukannya.
Sedangkan minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi
keberhasilan suatu proses belajar, sebab minat sebagai tenaga
penggerak yang terpercaya bagi proses belajar. Oleh karena itu
pertimbangan yang lebih besar harus diberikan kepada timbulnya minat
dari pada program pelajarannya. Minat bukanlah sesuatu yang ada begitu
saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari.
Timbulnya minat karena adanya obyek yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dan memunculkan perasaan lalu teraktualisasi dalam
perilakunya. Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia itu ada
lima yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk
dicintai dan mencintai, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Apabila terpenuhi kebutuhannya, maka manusia akan
puas dan gambaran kepuasan adalah ekspresi kebahagiaan.
Minat seorang anak terhadap sesuatu khususnya belajar juga tidak lepas
dari pengalaman-pengalamannya, apakah seorang anak membuka dirinya dan
melakukan pendekatan terhadap dunianya atau apakah ia menutup serta
mengalihkan dirinya pada sesuatu yang lain, bergantung
Pengalaman-pengalaman selama tahun-tahun pertama usianya.
Pendapat mengatakan bahwa sejak semula dunia ini menunjukkan suatu
karakter yang bersifat mengajak abagi seorang anak, artinya dunia ini
memperlihatkan dirinya dengan cara yang menarik dan memikat. Ketika
melihat suatu benda si anak mengaitkan penglamannya ini dengan
perasaan-perasaan tertentu. Jika menyenangkan sianak cenderung untuk
terus melakukan pendekatan dan mengeksplorasinya, jika sebaliknya
(tidak menyenangkan) maka ia akan berusaha menghindarinya.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Beberapa faktor tersebut pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua
faktorm yaitu :
1. Faktor indogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri.
Faktor ini meliputi :
a. Faktor biologis seperti kesehatan, cacat badan,
b. Faktor psikologis seperti intelegensi, emosi, perhatian.
2. Faktor exogen, ialah faktor yang datang dari luar anak itu sendiri.
Faktor ini meliputi :
a. Faktor lingkungan keluarga, misal sikap orang tua, suasana rumah,
ekonomi keluarga.
b. Faktor lingkungan sekolah, misalnya penampilan guru, kurikulum,
alat dan sumber belajarnya.
c. Faktor Lingkungan masyarakat, misalnya mass-media, teman
bergaulnya, budaya masyarakat dan situasi politik saat itu.

2.2.3 Pedoman Umum dalam Belajar
Dany Agustiyanto, dalam bukunya Teknik Belajar Buku memberikan
beberapa pedoman umum dalam belajar agar bisa mencapai hasil yang
maksimal melalui proses yang maksimal pula, yaitu :
a. Prinsip keteraturan dan disiplin diri, yaitu adanya suatu
kontinuitas yang terprogram.
b. Konsentrasi, artinya perhatian yang penuh. Ini akan terjadi bila
obyek belajar tersebut bisa memunculkan minat, sehingga akan terfokus
pada obyek yang dipelajarinya.
c. Kerajinan dan ketekunan serta kesabaran, dalam belajar tentu ada
beberapa bagian yang sulit, membosankan. Ini tentu membutuhkan sikap
rajin, tekun dan sabar menghadapinya.
d. Kesetiaan, orang yang ingin berhasil dituntut setia pada apa yang
sedang ia kerjakan. Karena dengan kesetiaan maka akan muncul kesabaran
untuk menyelesaikannya sampai tuntas.
e. Keberanian dalam mengambil keputusan dan berani menanggung segala
risiko yang muncul sebagai wujud dari adanya tanggungjawab.
f. Kejujuran dan ketelitian, artinya jujur pada hasil yang telah
dicapaikan dan mengakui kebenarannya walau bertentangan dengan
perasaannya serta tidak bersikap ceroboh dalam bertindak.
g. Menciptakan lingkungan yang efektif, artinya lingkungan yang bisa
mendukung terciptanya suasana belajar yang aktif, menyenangkan,
kreatif dan bisa meraih hasil yang maksimal.


A. Anak Prasekolah TK
Berdasarkan Pasal 28 UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan TK/RA masuk dalam bagian Pendidikan Anak
Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang saat ini masuk dalam
bagian Direktorat TK/SD, sedamgkan Kelompok Bermain dan Taman
Penitipan Anak atau yang sederajat masuk pada jalur pendidikan non
formal yang masuk pada bagian pendidikan luar sekolah (PLS).
Ciri perkembangannya menurut Kak Seto ada beberapa tahap dalam
perkembangan pemikiran anak, yaitu :
a. Senso-motorik (0 – 2 th),
b. Praoperasional (2 – 7 th)
c. Operasi konkrit (7 – 11 th)
d. Operasi Formal (11 – 16 th).
Mengacu pada pembagian dia atas anak TK masuk pada tahap praoperasional.
Ciri kognitif anak pada masa ini yaitu berfikir konkrit, realisme,
Egosentris, Animisme, berfikir secara sederhana, dasar berfikir kadang
sulit dipahami. Selain itu ciri yang lain yaitu Imajinasi anak sudah
mulai berkembang dan sangat kaya. Imajinasi inilah yang berperan
sebagai sebab timbulnya kreatifitas, namun lebih dari pada itu juga
dapat membuat seseorang mengembangkan kepribadian yang kokoh dan penuh
rasa percaya diri. Dunianya adalah bermain, penuh dengan semangat,
berani dan jujur serta memandang alam beserta isinya adalah sesuatu
yang perlu dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk kebahagiaan dirinya.

B. Analisis Kebutuhannya
Kebutuhan adalah merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, dan apabila
tidak terpenuhi dengan baik maka akan dapat mengganggu kelangsungan
hidup manusia. Pada gilirannya dapat berakibat pada
kehancuran/kematian, tergantung pada urgen tidaknya kebutuhan tadi.
Berdasarkan dari pandangan Abram Maslow yang menguraikan tentang lima
kebutuhan dasar manusia (termasuk anak), penulis juga menambahkan
bahwa bermain ditinjau dari segi anak merupakan suatu kebutuhan tapi
bila dilihat dari segi orang tua bermain adalah sebagai sarana dalam
rangka pemenuhan kebutuhan anak.



C. Guru dalam Bermain dan Permainan Anak
Peran guru dalam kegiatan bermain dalam tatanan sekolah atau kelas
sangat penting. Guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan
elaborasi, sebagai model, melakukan evaluasi dan melakukan perencanaan
(Bjorkland, 1978). Dalam tugasnya sebagai pengamat, guru harus
melakukan observasi bagaimana interaksi antaranak maupun interaksi
anak dengan benda-benda di sekitarnya. Para guru harus mengamati lama
anak melakukan suatu kegiatan, mengamati anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan teman sebayanya.
Guru harus melakukan elaborasi. Apalagi anak bermain sebagai dokter,
guru perlu menyediakan alat-alat yang biasanya dipergunakan oleh
dokter dalam bentuk miniatur. Guru dapat pula mencarikan gambar
seorang dokter yang sedang menghadapi penderita kurang gizi. Bahkan
guru dapat berpura-pura menjadi salah seorang pasiennya. Dalam
melaku¬kan tugas elaborasi, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan
yang akan merangsang anak mengembangkan daya pikirnya melalui peran
yang sedang dilakukannya. Apabila anak telah meningkat usianya dan
mulai belajar tentang serangga, guru sebagai elaborator dapat membantu
dengan menayangkan gambar serangga melalui film dan dalam kegiatan
bermain anak dapat menirukan bagaimana serangga bergerak atau
bersuara.
Guru yang menghargai bermain. selalu akan berusaha menjadi model dalam
kegiatan bermain anak. Guru selalu mencari kesempatan ikut duduk
bersama anak yang sedang bermain balok, dan ikut menem-patkan satu
atau dua balok dalam susunan bangunan yang dibuat anak. Misalnya: Guru
harus menunjukkan pura-pura sulit meletakkan balok pada susunan yang
lebih tinggi tetapi tidak putus asa.
Sebagai evaluator kegiatan bermain, guru bertugas sebagai pengamat dan
melakukan penilaian terhadap sejauh mana kegiatan bermain yang
dilakukan anak-anak akan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Apakah melalui kegiatan bermain itu anak akan belajar sesuatu yang
diperlukan? Adalah tugas guru untuk mengenali, apakah dalam kegiatan
bermain murid-murid mengembangkan aspek akademik, sosial, kecerdasan,
atau jasmaninya. Dalam melakukan evaluasi kegiatan belajar melalui
bermain harus dikaitkan dengan materi, lingkungan dan kegiatan yang
telah dirancang dalam tujuan kurikulum, dan apabila diperlukan dapat
diubah tatanannya.
Yang terakhir, peran guru dalam kegiatan bermain adalah sebagai
perencana. Guru harus merencanakan suatu pengalaman yang baru agar
murid-murid terdorong untuk mengembangkan minat mereka. Misalnya ada
orang tua murid, pekerjaannya sebagai penjual sepatu. Orang tua
tersebut diminta datang untuk berbagi pengalaman dengan anak tentang
apa saja yang dilakukan selama bekerja sebagai penjual sepatu.


B. Permainan untuk Pengembangan Multiple Intelligences
Permainan-permainan yang disajikan dalam bab ini berorientasi pada
pengembangan kecerdasan (Gardner, 1993; Amstrong, 1996; Campbell,"
1996). Bentuk permainan tersebut disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak usia 4-5 tahun (Malley, 1991; Trespeces, 2001) 'dan
tujuan pengembangan anak usia dini (Puskur Balitbang, 2002; Depdiknas,
2002).
1. Permainan untuk Pengembangan Kecerdasan Bahasa
Anak "mempelajari" bahasa dengan berbagai cara, yakni meniru,
menyimak, mengekspresikan, dan juga bermain. Melalui bemain, anak
dapat belajar menggunakan bahasa secara tepat dan belajar
mengkomunikasikannya secara efektif dengan orang lain. Melalui bermain
pula, sebenarnya, anak belajar tentang daya bahasa (Catron & Allen,
1999).
Ada beberapa aktivitas yang dapat dipergunakan untuk merangsang
kecerdasan bahasa anak. Aktivitas yang dimaksud •uialah permainan
untuk merangsang minat membaca dan menulis, merangsang kepekaan
struktur, pengembangan kosakata, serta merangsang minat bersastra dan
berbicara.

Permainan untuk Merangsang Minat Baca 1). Permainan "Gambar Buah"
Selain bertujuan untuk menstimulasi kecerdasan bahasa permainan ini
juga menstimulasi kecerdasan musikal, visual, dan kinestetik.
Alat & Bahan : 1. Gambar buah-buahan di dinding dan nama di bawahnya.
2. Kertas bertulis nama-nama buah pada no.l 4 X 8 cm sebanyak jumlah
buah. Satu lembar, satu nama buah. (dalam contoh ini 5 gambar dan nama
buah)
3. Lem

Gambar 3. Permainan "Gambar Buah"

Cara Bermain :
1. Tanyakan kepada anak, apa nama buah yang terpajang di dinding.
2. Jika anak dapat menjawab, katakan "Oh, ya..ya namanya ada di
bawahnya. Yok kita lihat" Tanyakan apakah mereka mau bermain "gambar
buah". Jika mau, berikan masing-masing anak, satu kertas bertulis nama
buah.
3. Berilah kesempatan anak bergilir menempelkan kertas
bertulis tersebut di bawah gambar. Makin lama makin ke bawah. Buat
suasana semeriah mungkin dengan nyanyian atau tepuk tangan.
4. Setelah selesai, tanyakan pada anak, "Siapa tadi yang menempel
pisang?". Anak-anak yang merasa menempelkan kata pisang mengacungkan
tangan. Biarkan mereka
5. berkelompok dan katakan, "Nah, ini kelompdk pisang".

Lakukan, hingga semua anak mendapat kelompok. Apabila permainan
pertama berhasil, lanjutkan dengan permainan yang serupa, dengan
gambar dan tulisan yang berbeda, seperti nama hewan, alat
tran^portasi, nama ikan, nama bunga, benda-benda yang ada di
sekeliling anak, serta benda-benda di rumah.

2). Permainan "Huruf yang Sama" (Permainan ini merupakan kelanjutan
dari permainan "Gambar Buah")
Tujuan utama permainan ini adalah mengembangkan kecerdasan bahasa.
Kecerdasan lain yang terstimulasi adalah kecerdasan spasial
(membandingkan bentuk). Karena minat anak lerhadap huruf, umumnya,
sudah mulai muncul, permainan ini menarik bagi mereka.
Alat dan Bahan:
Tulisan nama-nama buah pada permainan 1 masing-masing 5 buah (25 kata)
ukuran huruf 2X2 cm (atau menyesuaikan). Tiap huruf berada dalam
kotak. Contoh:
a P e 1


Cara bermain :
1. Bagi anak menjadi lima kelompok dan bagikan tulisan nama buah pada
tiap kelompok. Tiap anak mendapat satu nama.
2. Ajaklah anak-anak untuk menggunting huruf-huruf tersebut, sehingga
setiap kelompok mendapat 26 huruf. Ajak anak mengelompokkan huruf yang
sama (sebut sebagai huruf berteman) dan menyendirikan huruf yang
berbeda (sebut sebagai huruf tak berteman).
3. Usahakan agar setiap anak membawa 1 atau 2 huruf yang sama. Huruf
yang tidak dipilih menjadi milik bersama kelompok tersebut.
4. Perlihatkan pada anak 1 huruf, dan nyanyikan huruf itu, misal huruf
a = "aaaaa" . Gunakan nada naik turun seperti nada ambil suara.
Ajak anak yang memegang huruf tersebut untuk menyanyi dan
menggayakan sesuai improvisasi mereka.
5. Huruf yang menjadi milik kelompok dilagukan dan digayakan (ditarikan) oleh
seluruh kelompok.
6. Lakukan hingga semua huruf habis dinyanyikan.
Pengembangan : Guru dapat melagukan huruf sesuai keinginan. Buat
variasi nada. Biarkan jika anak mau berimprofikasi.

3). Permainan "Tukar Nama"
Permainan ini merangsang anak mengenal nama mereka sendiri. Permainan
yang merangsang kecerdasan bahasa ini, merangsang pula kinestetik
anak, karena anak cenderung ingin meniru tulisan yang ada. Karena
berkaitan dengan nama mereka, anak-anak cenderung memberikan perhatian
yang besar.
Alat dan Bahan: Kertas karton ukuran 5 X 12 cm yang bertuliskan nama
panggilan anak, seperti rudi, ina. Kertas dibuat sejumlah anak.

Cara Bermain :
1. Kalungi nama dg kertas yg bertuliskan namanya. Biarkan mereka
melihat tulisan namanya.
2. Panggil satu demi satu anak-anak tersebut ke depan. Biarkan mereka
melihat nama temannya. Lakukan hingga semua anak mendapat giliran.
3. Tanyakan apakah mereka mau bertukar nama. Jika mail, persilakan
anak mencari pasangan dan saling bertukar nama.
4. Panggil kembali nama anak. Anak yang membawa nama temannya akan maju.
5. Biarkan anak tertawa terpingkal-pingkal, karena merasa lucu. "Masa
Inanya jadi laki-laki?"(karena Ina bertukar nama dengan Udin) / " Kok,
Ani jadi gendut?" (karena Ani bertukar nama dg Emi).
6. Lakukan hingga semua anak memperoleh giliran.
7. Setelah selesai, persilakan anak mengembalikan nama itu pada yang punya.
Pengembangan : Permainan dapat dilanjutkan dengan mencari nama dalam kotak.
b. Permainan untuk Merangsang Kepekaan Struktur
1). Permainan "Menempel Huruf yang Hilang"
Selain mengasah kecerdasan bahasa melalui rangsang kepekaan struktur
dan kesadaran fonemik, permainan ini juga mengasah kecerdasan musik.
Alat dan Bahan :
- Gambar dan namanya dipasaitg di dinding.
- Kertas bertulis kata-kata yang sama dengan nama gambar di dinding,
tetapi dihilangkan
salah satu vokalnya, ukuran 12 X 30 cm atau menyesuaikan.
- Beberapa huruf lepas untuk ditempel, dan lem
Cara Bermain :
1. Tanyakan pada anak, nama gambar benda di dinding. Jika mereka dapat
menyebutkan, katakan "Oh, ya, ada namanya di bawahnya. Yok kita
lihat". Biarkan anak-anak memperhatikan gambar dan tulisan di
bawahnya.
2. Tempelkan kertas bertulis nama benda yang telah dihilangkan di
bawah tulisan. Biarkan anak berkata sendiri, "Bu Guru, ini
tulisannya hilang!"
3. Rangsang anak untuk mencari tulisan mana yang hilang. Jika anak
dapat menunjukkan (setelah melihat tulisan lengkap di atasnya),
tanyakan "Apakah seperti ini?".
4. Biarkan anak menempelkan huruf itu pada tempatnya. (lihat contoh berikut)


D. Minat Belajar akan Tumbuh melalui Bermain
Manusia hidup sebenarnya hanya satu tujuan yaitu untuk mendapat
kebahagiaan dan selalu mencari kebenaran. Alam beserta isinya
diciptakan sebagai sarana kebahagiaan manusia. Oleh karena itu manusia
dituntut untuk mengelola alam semesta ini untuk kepentingan
kebahagiaan manusia itu sendiri.
Mengingat pengelolaan alam ini sangat berat maka manusia perlu
berusaha dengan memanfaatkan potensi yang telah diberikan Tuhan
kepadanya. Maka disinilah perlunya manusia itu belajar bagaimana alam
semesta ini bisa memberikan kehagiaan pada manusia.
Dalam belajar itu dimulai sejak manusia itu berada dalam alam nafs,
alam rahim (pra-natal), Alam dunia (kanak-kanak, remaja, dewasa).
Masing-masing masa punya ciri dan karakter sesuai dengan tingkat
perkembangannya, begitu juga belajar pada masa kana-kanak (TK).
Pada masa ini, sesuai dengan ciri perkembangannya baik fisik,
pemikiran, bahasa, kognitif, seni , nilai moral dan sosial
emosionalnya masih perlu digali dan dikembangkan agar potensinya itu
bisa teraktualisasi dengan sehat dan baik. Sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 28 UU Sisdiknas bahwa TK menyelenggarakan pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap
perkembangannya melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.
Dengan demikian pendidik hanya menyiapkan situasi dan kondisi yang
bisa memberikan rangsangan-rangsangan pada anak supaya potensi yang
dimiliki dapat bergerak menuju perubahan yang aktual. Proses
rangsangsangan inilah yang dimaksud dengan proses pembelajaran, dimana
anak diharapkan dapat melakukan suatu gerak perubahan yang akan
menjadi ketrampilan hidupnya atas dasar motivasi dalam dirinya,
kesukarelaan tidak ada unsur paksaan, sehingga ada keaktifan diri
terlibat didalamnya dan senang melakukannya serta selalu mengembangkan
diri sesuai dengan daya imajinasi yang dimilikinya.
Oleh karena itu anak di ajak belajar tanpa merasa dipaksa, karena
guru/orang tua masuk dalam diri anak melalui suasana/kecondongan
hatinya, yaitu lewat dunia anak yang dinamakan bermain. Sehingga minat
anak dalam belajar apapun akan selalu tumbuh dengan ikhlas, aktif,
bebas dan bertanggungjawab, menyenangkan serta penuh dengan
kreativitas-kreativitas pemecahan.
Apapun permasalahan, situasi dan kondisinya seorang anak akan mampu
mampu mengatasinya secara mandiri, ikhlas, aktif, bertanggungjawab,
dan dengan kreativitas yang tinggi.



Maka melalui bermain secara tidak langsung orang tua telah menanamkan
dan membiasakan kepada anak sejak usia dini untuk selalu
senang/gembira menerima kenyataan hidup, selalu mandiri, selalu ikhlas
dalam melakukan sesuatu, sehingga anak akan terlibat aktif penuh
semangat pantang menyerah sebab banyak jalan/cara yang bisa ditempuh
dengan kreatifitas. Akhirnya berani bertanggungjawab baik terhadap
Tuhan maupun sesama manusia terhadap apa yang telah dilakukaannya.



M U H R I Y A D I,
NIP. 19691230 200501 1 008



NAMA : Muhriyadi
ALAMAT : Perum. Graha Citra Mas D-12a Tegal Besar Jember TK Seroja

No comments:

Post a Comment