Oleh
Matsuani,S.Pd
Matsuani,S.Pd
Konsep untuk pendidikan multikultur yang integratif, tidak akan terlalu bermakna jika dikelola dan dikendalikan oleh guru yang tidak cukup kompeten untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut, baik dalam wilayah kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Oleh sebab itu, ada beberapa kualifikasi guru yang diperlukan dalam konteks pengembangan pembelajaran multikultur (Banks,1997), yakni: a. Guru harus memiliki skil keguruan, pemahaman, pengalaman dan nilai-nilai kulturnya dengan baik, sehingga dapat memahami siswa-siswanya yang secara etnik, ras dan kultur berbeda dengan mereka, dan dapat menerima para siswanya dalam kelas untuk bisa belajar bersama, mengembangkan aktivitas belajar secara bersama-sama di dalam kelasnya. b. Kemudian guru juga harus selalu merefleksikan dirinya sendiri, apakah mereka sudah bisa memberikan sikap dan perlakuan yang adil terhadap seluruh siswanya yang berbeda latar belakang etnik, ras dan budayanya, dan apakah mereka juga telah memberikan perlakuan yang sama terhadap para siswa yang berbeda jenis kelaminnya. c. Pendidikan multikultur harus dilakukan secara dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan memperkaya pemahamannya tidak hanya soal keguruan dan pembelajaran, tapi juga pengetahuan-pengetahuan konsepsional tentang multikultur, seperti budaya, imigrasi, ras, sex, asimilasi kultur, gup etnik, streotip, prejudaisme, dan rasisme. d. Di samping itu, guru juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang sejarah, karakteristik dan perbedaan-perbedaan internal dalam masing-masing kelompok etnik dan ras-ras tertentu. e. Terakhir guru juga harus mampu melakukan analisis-analisis perbandingan dan mampu mengambil sebuah kesimpulan tentang teori-teori yang dapat digunakan untuk mengelola karagaman sosial, sehingga menjadi potensi yang kuat untuk bangsa.
Collaborative learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus mentranformasikan pengelaman belajarnya pada pembelajar yunior. Guru harus membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para pembelajar yunior. Demikian pula antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam konteks ini, peer teaching, atau tutorial sebaya menjadi bagian penting, yang keuntungannya tidak semata untuk yang diajari tapi juga untuk yang mengajari, karean siswa yang mengajari temannya akan semakin matang penguasaannya, sementara siswa yang diajari akan memperoleh bantuan teman sebayanya dalam proses pemahaman bahan ajar yang mereka pelajari. Inilah hakikat dari collaborative learning, yakni belajar yang saling membantu antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Sementara itu, Jerry Aldridge dan Renitta Goldman merekomendasikan, bahwa untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar, seorang guru harus mengembangkan berbagai perlakuan sebagai berikut (Aldridge,2002). 1) Guru harus mampu menciptakan situasi kelas yang tenang, bersih, tidak stress, dan sangat mendukung untuk pelaksanaan proses pembelajaran. 2) Guru harus menyediakan peluang bagi para siswa untuk mengakses seluruh bahan dan sumber informasi untuk belajar. 3) Gunakan model cooperative learning (belajar secara kooperatif yang tidak hanya belajar bersama, namun saling membantu satu sama lain) melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil, debat atau bermain peran. Biarkan siswa untuk berdiskusi dengan suara keras dalam kelompoknya masing-masing, dan biarkan siswa saling membantu satu sama lain, serta saling bertukar informasi yang mereka dapat-kan dari hasil akses informasinya. 4) Hubungkan informasi baru pada sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa, sehingga mudah untuk mereka fahami. 5) Dorong siswa untuk mengerjakan tugas-tugas penulisan makalahnya dengan melakukan kajian dan penulusuran pada hal-hal baru dan dalam kajian yang mendalam. 6) Guru juga harus memiliki catatan-catatan kemajuan dari semua proses pembelajaran siswa, termasuk tugas-tugas individual dan kelompok mereka dalam bentuk portofolio.
Lima dari enam poin di atas adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan guru bersama manajemen sekolahnya, dan semua terkait dengan penyiapan proses pembelajaran siswa, yang memberi peluang mereka mencapai penguasaan dalam batas mastery learning, yakni penguasaan minimal 80 % atau skor ideal lainnya dari bahan ajar yang diberikan. Perbuatan-perbuatan tersebut adalah, penyiapan kelas yang mendukung terhadap proses pembelajaran efektif, bersih, sejuk dan menyenangkan, penyiapan sarana sumber belajar baik berupa perpustakaan, internet, laboratorium maupun koleksi-koleksi buku lainnya yang disiapkan di setiap kelas, serta guru menyiapkan penugasan pada siswa yang harus dikoordinasikan dengan manajemen sekolah, agar tidak terlalu banyak dan membebani di luar kapasitas siswa, serta guru harus mempunyai portofolio siswa, yakni catatan-catatan proses dan progres siswa selama dalam masa studinya dengan dia.
Cooperatif learning, yang menurut Kauchak lebih efektif daripada groupwork. Groupwork adalah sebuah proses pembelajaran yang memberi kesempatan pada semua siswa untuk terlibat dalam kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. Untuk itu, guru harus merencanakan proses pembelajaran ini dengan seksama, karena kalau tidak dia akan kehilangan banyak waktu untuk proses di luar pembelajaran. Kemudian, guru juga harus (Kauchak,1988): a.Memberitahu pada siswa tentang tugas siswa secara kelompok, dan mobilitas siswa dalam kelompoknya. b. Mempersiapkan siswa sampai mereka siap semuanya untuk melakukan proses pembelajaran dengan pelaksanaan tugas dalam kelompoknya. c. Masing-masing siswa memiliki penjabaran tugas yang jelas dalam kelomoknya. d. Beri siswa batas waktu yang jelas dan tegas untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. e. Perintahkan siswa untuk masing-masing menyelesaikan tugasnya serta semua menyelesaikan tugas kelompoknya.
Strategi kerja kelompok ini merupakan salah satu dari bentuk implikasi aliran construktivisme yang menekankan pembelajaran interaktif, dan bisa dikembangkan dalam beberapa bentuk groupwork, yakni kerja kelompok yang masing-masing anggota memiliki tugas dalam kelompoknya, dan mereka saling memeriksa pekerjaan temannya. Kemudian bisa dikembangkan dengan kombinasi antara dua kelompok kecil tersebut, sehingga semakin besar, dan semakin banyak masukan pada masing-masing, dengan harapan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ajarnya menjadi sempurna atau mendekati sempurna.
Mahasiswa S2 Pendidikan Kejuruan UM Angkatan 2011
No comments:
Post a Comment