BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul
Dunia yang kita tempati dan diami ini bukanlah sebuah dunia yang steril dari segala perubahan dan kemajuan. Akan tetapi dunia yang sifatnya multidimensial yang perkembangannya dari waktu ke waktu mengalamai perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu terus bergerak seirama dengan kemajuan zaman dengan berbagai penemuan yang menghasikan produk-produk berteknologi tinggi. Hasil penemuan produk berteknologi tinggi secara terus menerus dikembangkan dengan tujuan untuk mempermudah dan atau menggampangkan aktivitas dan kegiatan umat manusia.
Dalam dekade atau era yang kita kenal dengan modernisasi ini, dimana pola pikir dan gaya hidup manusia secara terus menerus mengalami perubahan seirama dengan kemajuan zaman yang kian meroket, telah menciptakan sebuah tatanan model kehidupan gaya baru yang dikenal dengan “gaya hidup instan” dalam artian bahwa manusia cenderung menikmati gaya hidup yang gampang dan mudah. Jika kita kembali ke periode tahun 50-an dimana surat menyurat merupakan sarana komunikasi ideal antara satu dengan yang lain.
Di zaman yang serba instan ini hal demikian dirasakan sangat tidak efisien, baik dari segi waktu dan anggaran.
Penemuan teknologi baru dewasa ini khususnya dalam bidang komunikasi telah menjawab sebuah ketidakmungkinan menjadi mungkin, bahwa waktu, jarak serta anggaran atau biaya sudah tidak lagi menjadi tembok yang menghalangi dan memisahkan dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain, sekalipun beda jarak dan beda tempat yang cukup jauh. Hasil penemuan sebuah teknologi dibidang komunikasi telah membuat kehidupan manusia semakin gampang dan mudah.
Akan tetapi sebuah pertanyaan kritis dan rasional yang harus dikemukakan oleh setiap orang adalah, siapkah kita menghadapi tantangan kemajuan ini? Pertanyaan ini sengaja dibuat, oleh karena penuis merasa bahwa kita saat ini belum siap menghadapi kemajuan zaman dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Banyak diantara kita yang dmanfaatkan oleh kemajuan teknoogi, dan bukan kita memanfaatkan teknlogi itu sendiri.
Salah satu contoh hasil produk dari teknologi di era ini adalah telpon genggam (Handphone). Handphone (HP) dasawarsa ini bukan saja dikonsumsi (dipakai) oleh para pekerja yang nota benenya mempunyai kemampuan untuk membeli oleh karena punya pendapatan atau penghasilan. Akan tetapi HP ini juga merambah hingga kepada anak sekolah (siswa). HP di era ini bukan lagi menjadi barang mewah yang untuk mendapatkannya harus mengeluarkan uang yang banyak, HP juga bagi manusia bukan lagi sebuah kebutuhan sekunder, akan tetapi HP telah menjadi kebutuhan primer yang sangat penting atau vital dalam segala aktivitas kehidupan manusia.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita telah memasuki era baru (new era) di mana teknologi komunikasi telah serta-merta menjadi pilihan utama atau kebutuhan primer saat ini. Orang cenderung merasa minder, dan terisolir dari lingkungannya sendiri jika tidak memanfaatkan teknologi ini (Hanphone). Di lingkungan sekolah, seorang siswa akan merasa malu jika tidak memiliki Handphone, oleh karena dinilai kuno atau tidak gaul oleh teman-temannya. Dengan kondisi faktual ini, orang akan senantiasa berlomba-lomba berusaha untuk mendapatkan produk ini agar tidak dianggap ketinggalan zaman.
Kehidupan konsumeristis, dimana cenderung berusaha semaksimal munggkin untuk memenuhi kebutuhannya telah mengubah pola pikir dan gaya hidup orang-orang zaman sekarang, tanpa terkecuali, besar-kecil, kaya-miskin dan pekerja atau siswa. Fungsi dan kegunaan utama dari HP (Handphone), dasawarsa ini tidak lagi hanya sebatas alat komunikasi saja, akan tetapi telah dimanfaatkan juga untuk kepentingan yang lain, seperti: SMS, MP3, Video, Kamera dan sebagainya, sehingga hendphone menjadi multi media.
Keberadaan handphone telah menggerogoti pikiran manusia, bahkan secara khusus pikiran para siswa (pelajar). Para siswa di zaman ini merasa lebih percaya diri dengan adanya Handphone di sakunya. Akan tetapi, pertanyaan! Bagaimana kah seorang siswa dapat belajar dengan serius jika Handphone teman setianya?
Hasil teman di lapangan menunjukan bahwa kehadiran Handphone di kalangan masyarakat luas telah mengubah tatanan budaya bangsa kita, bahkan kehadiran Handphone di kalangan dunia pendidikan (sekolah) telah serta-merta mengubah pola pikir dan gaya hidup siswa zaman sekarang tidak terarah, bahkan moralitas dari pelajar mengalami degradasi.
Kaitan dengan kondisi di atas, bahwa performance (penampilan) dari para pelajar saat ini tidak lagi menampikan ciri khas seorang pelajar yang sesungguhnya, oleh karena kemajuan teknologi khususnya dibidang komunikasi (Handphone) telah merubah gaya hidup siswa (pelajar) zaman sekarang yang mengarah kehal yang sifatnya negatif dari pada positif, menurut penulis agar kita lebih kritis dan selektif dalam menjawab persoalan ini.
Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan dengan fungsinya sebagai wadah yang nantinya mempersiapkan generasi-generasi muda yang berkompeten, berpengetahuan tinggi, handal dalam menjawab kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) harusnya peka terhadap perubahan-perubahan ini. Sebagai wadah yang dipercayakan oleh masyarakat untuk membimbing, mendidik, menarahkan bahwa menciptakan dan atau memproduksi generasi muda, sekolah tidak hanya berusaha memproduksi generasi yang berintelektual, namun tidak bermoral. Akan tetapi produknya harus menghasilkan generasi-generasi muda yang handal namun tidak brandal, yang ber-intelektual namun bermoral.
Oleh karena itu, sadar akan keterpanggilannya sebagai lembaga formal sekolah senantiasa tampil dengan produk kurikulumnya yang benar-benar berbasis kepada kodisi siswa. Artinya, bahwa kurikulum yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan harusnya menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa dewasa ini dengan mengacu kepada kurikulum nasional. Dengan demikian, kurikulum saat ini yang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih memberikan ruang gerak kepada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) dapat diaktualkan dalam sebuah kurikulum yang sesuai dengan konteks dan kondisi siswa.
Dengan kenyataan-kenyataan di atas penulis sadar, bahwa situasi fenomenal ini harus ditangani secara serius, sebab jika tidak maka generasi muda saat ini akan mengalami krisis identitas. Krisis identitas oleh karena pelajar masa sekarang yang merupakan tulang punggung generasi bangsa akan memiliki moral yang rusak akibat salah memanfaatkan teknologi itu sendiri. Penulis sadar bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dengan temuan-temuannya yang spektakuler telah mengakibatkan mentalitas dari pada pelajar semakin terpuruk akibat kurangnya pengetahuan untuk memanfaatkan teknologi tersebut.
J. Verkuyl, mengatakan bahwa:
Salah satu kemerosotan yang sering nampak di dalam penguasaan ilmu pengetahuan itu ialah bahwa banyak orang memandang bahwa ilmu pengetahuan tersebut bukan sebagai alat, melaikan sebagai tujuan. Mereka mengusahakan ilmu pengetahuan itu bukan untuk mengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia, melaikan pengetahuan itu sendiri.¹
Dengan demikian, jelas bahwa banyak dari kita, secara khusus para pelajar salah dalam memahami ilmu pengetahuan. Banyak pelajar terperosok dalam konsep pemikiran yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan yang di dalamnya menghasilkan berbagai produk-produk seperti halnya Handphone merupakan tujuan yang harus dicapai, bukanlah belajar untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi perubahan ini.
Handphone yang merupakan hasil temuan dari ilmu pengetahuan haruslah dimanfaatkan secara positif oleh para siswa, bukannya memanfaatkannya demi dan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak mengarah kepada “Education” atau pendidikan. Dengan salah memanfaatkannya pelajar telah membuat tujuan-tujuan utamanya datang ke sekolah semakin kabur dan tidak terarah.
Untuk itulah, sebagai seorang pendidik penulis merasa terpanggil untuk mengkritisi persoalan ini dengan asumsi agar kemersotan akhlak di kalangan pelajar dasawarsa ini.
Akibat pengaruh Handphone tidak sampai menyebabkan para pelajar terperosok lebih jauh dalam gaya hidup yang jauh dari Tuhan. Penulis yakin, bahwa dengan pendekatan Pendidikan
Agama Kristen (PAK) yang benar-benar berbasis kepada kondisi nyata siswa saat ini, dengan topangan yang kuat baik dari pihak sekolah sebagai pengelolah lembaga pendidikan dan orang tua, serta masyarakat secara umum situasi fenomenal ini akan teratasi.
Terlepas dari semua itu, seorang pelajar harus memahami dengan benar apa yang menjadi tujuan utama dia (pelajar) datang di sekolah, bahwa bukan hanya sekedar bertemu dengan teman-teman atau agar kelihatan bahwa dia adalah seorang pelajar oleh karena berpakaian seragam. Akan tetapi lebih dari itu, bahwa tujuan utama seorang pelajar datang di sekolah adalah “belajar” (learning). Belajar tidak hanya sekedar datang ke sekolah membawa buku dan pena, mengikuti pelajaran, dan setelah aktivitas berakhir maka dia (pelajar) kembali ke rumah.
Belajar yang demikian sangat tidak memberikan manfaat bagi pelajar tersebut. Oleh karena motivasi datang ke sekolah dari hari ke hari tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Roestiya N.K., bahwa: “Belajar adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu.”²
Dengan memahami secara benar pengertian dari kata “Belajar”, yang mengandung makna adanya perubahan ketika proses tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Maka seorang pelajar tidaklah seperti orang buta yang tidak dapat melihat, dan memerlukan tuntunan dari orang sekitarnya. Perubahan zaman dasawarsa ini dengan diproduksinya sebuah teknologi baru di bidang komunikasi (Handphone) telah mengakibatkan kondisi moralitas dari pada pelajar semakin terpuruk akibat salah dalam memanfaatkan teknologi ini HP (Handphone).
Tidak hanya sebagai alat yang memudahkan untuk berkomunikasi. Akan tetapi fungsinya lebih dari itu, seperti halnya menyimpan gambar-gambar porno dan lain sebagainya yang sangat tidak bermanfaat bahkan cenderung mengakibatkan mentalitas dari pelajar akan semakin terpuruk, atau dengan kata lain bahwa moralitas pelajar dasawarsa ini mengalami degradasi pada tataran yang sangat memprihatinkan.
Jika kembali pada azas belajar yang sesungguhnya, bahwa dengan belajar maka seorang akan mengalami perubahan. Artinya, bahwa dengan belajar maka seorang pelajar akan berubah sikap dan tingkah-lakunya dari tidak bermoral, menjadi lebih bermoral dan beretiked baik. Maka situasi faktual saat ini, diandaikan bagaikan sebuah piramida terbalik, bahwa sekalipun seorang pelajar tersebut datang ke sekolah setiap hari dan mendapat pelajaran dari para guru, akan tetapi yang terjadi adalah tidak adanya perubahan karakter dan gaya hidup dari pelajar secara sigifikan. Justru para pelajar semakin asyik, bahkan merasa bangga dengan kepribadian yang salah.
Kondisi memprihatinkan ini telah menggerakan nurani penulis untuk mengkritisinya secara serius. Penulis meras terpanggil untuk menyikapi kasus yang terjadi ini dengan tujuan agar para siswa sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, yang adalah tulang punggung bangsa, sebab di pundak merekalah (pelajar) masa depan bangsa ini dipertaruhkan.
Bertolak dari latar belakang dan alasan pemilihan judul diatas, maka penulis akan bekerja dan membatasi diri pada persoalan “dampak ilmu pengetahuan dan teknologi” dibawah sorotan judul:
“PAK DAN INFORMASI TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI”, dengan sub judul: “Suatu Kajian Pedagogik Teologis tentang Dampak Informasi Teknologi dan Komunikasi terhadap Moralitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri Satu Atap Kusuri.”
B. Perumusan Masalah dan Persoalan Penelitan
a. Perumusan Masalah
Apakah guru telah melaksanakan fungsinya dalam merancang langkah-langkah strategisnya dan upaya-upaya dalam menjawab persoalan dampak informasi teknologi dan komunikasi terhadap moralitas siswa SMP Negeri Satu Atap Kusuri.
b. Persoalan Penelitian
1. Bagaimana pemahaman pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri terhadap kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?
2. Bagaimana Pendidikan Agama Kristen (PAK) dengan nilai-nilai-nilai Kristiani menjawab dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di kalangan pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri.
3. Apa yang seharusnya dilakukan pihak sekolah (SMP Negeri Satu Atap Kusuri) terhadap mundurnya moralitas para siswa.
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. Menggambarkan tentang peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK) didalam menjawab persoalan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Menggambarkan tentang tanggung jawab sekolah dalam kaitan dengan moralitas siswa.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ini, metode yang digunakan penulis adalah: metode dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Dengan mempergunakan metode yang dimaksud penulis berupaya menggambarkan secara sitematis fenomena-fenomena atau masalah-masalah yang diteliti serta berupaya mengkaji penyebab-penyebab dari fenomena tertentu.³
Fenomena yang dimaksud yakni berkaitan dengan dampak informasi teknologi dan komunikasi sehingga dapat menguak informasi aktual berdasarkan fakta ataupun keadaan yang telah maupun sementara berlangsung. Selanjutnya Penelitian Kepustakaan (Library Research), di dalam penulis mempergunakan buku-buku dan artikel sebagai referensi dalam penulisan karya ini.
- Teknik pengumpulan data:
1. Wawancara. Penulis melakukan interview kepada responden (pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri).
2. Angket. Berupa daftar yang diedarkan kepada para siswa dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
E. Sistimatika
Agar lebih terarah di dalam penulisan karya ini, maka pada bagian ini penulis akan menguraikan sistimatika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis menguraikan latar belakang dan alasan pemilihan judul, perumusan masalah dan persoalan penelitian, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistimatika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM SMP NEGERI SATU ATAP KUSURI
Bagian ini merupakan tempat penelitian lapangan penulis yang berisikan gambaran umum SMP Negeri Satu Atap Kusuri: sejarah singkat berdirinya sekolah, letak geografis, data statistik sekolah (jumlah guru dan siswa serta tata usaha), serta konsep pemahaman para siswa tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan cara pemanfaatannya dalam tatanan nilai Kristiani.
BAB III: LANDASAN TEORI
Pada bagian ini penulis memfokuskan kepada dampak dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu sendiri, apakah itu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tentang pengertian atau defenisi tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dampak dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, langkah-langkah strategis, peranan PAK, pengertian PAK.
BAB IV:
A. PEMBAHASAN
1. Hasil Observasi
Hasil observasi yang di peroleh selama proses pembelajaran adalah pada pertemuan pertama adalah belum semua siswa aktif sehingga hasil belajar yang di peroleh tiap siswa masih rendah, karena masih ada siswa yang belum memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan juga siswa belum berani bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang diajarkan, serta siswa belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok untuk menyusun soal yang di tugaskan guru sehingga mereka lebih mengharapkan temannya yang menyusun soal.
Setelah dilaksanakan siklus kedua maka hasil observasi yang diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar. Pada siklus kedua ini siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya dan siswa sudah mulai berani bertanya kepada guru selain itu siswa-siswi tersebut sudah dapat bekerja sama. Selain itu dalam siklus kedua ini masih terdapat kekurangan yaitu, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam diskusi, hal ini mungkin disebabkan karena kekurangnya pengamatan guru terhadap siswa-siswi tersebut.
Pada siklus ketiga ini hasil observasi yang diperoleh selama pembelajaran mengalami peningkatan aktifitas belajar secara perlahan hal ini dapat dilihat pada siklus kedua dan ketiga maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hasil Evaluasi
Setelah mengadakan penelitian dan pengolahan data hasil penelitian maka dangan membandingkan hasil penilitian hasil tiap putaran, putaran pertama peneliti mengajarkan materi pelajaran dengan proses pembelajaran dilakukan seperti biasa. Dan di akhir pengajaran dilakukan evaluasi untuk tes awal sebagai penentuan tindakan. Dari hasil tes tersebut ada 17 siswa yang dapat memperoleh nilai diatas 6,5 dengan capaian klasikal 56,66% atau jumlah sigma X (jumlah nilai) = 199,2 dengan nilai rata-rata 6,64. Pada putaran pertama ini siswa belum memperoleh ketuntasan daya serap secara klasikal belum tercapai. Dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa tersebut maka diadakan tindakan putaran kedua.
Pada putaran kedua (tindakan pertama), peneliti dengan menyajikan materi dengan menggunakan pendekatan problem posing dan diperoleh 22 siswa yang nilainya diatas 6,5. Dengan capaian secara klasikal 73,33% artinya pada tindakan pertama (putaran kedua) ini siswa masih belum mecapai ketuntasan hasil belajar perlu untuk putaran ketiga.
Dan selanjutnya dilakukan putaran ketiga yaitu peneliti menyajikan materi dengan menggunakan pendekatan problem posing, dimana siswa lebih aktif belajar, setelah diadakan penelitian hasil diadakan dari 30 jumlah siswa ternyata 27 siswa dengan nilai di atas 6,5 dengan capaian secara klasikal 90% artinya pada putaran ketiga ini siswa sudah mencapai peningkatan hasil belajar. Dari hasil yang diperoleh ternyata terjadi peningkatan hasil belajar dengan jumlah nilai keseluruhan =239,4 dan nilai rata-rata sebesar 7,98 dan juga lembar pengamatan (obervasi) yang di isi oleh rekan guru Ekonomi (pengamat), yang terus meningkat pada putaran kedua dan ketiga. Serta di monitoring oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian Kurikulum SMP Negeri 1 Atap Kusuri Kecamatan Tobelo Barat. hal ini yang di monitor adalah pengamat dan penerapan.dan sesuai dengan hasil monitoring guru bidang studi dan kepalah sekolah bahwa peneliti tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan sudah menghasilkan presentasi belajar yang baik dan memuaskan. Hal ini sesuai dengan dari saran guru bidang studi ekonomi dan kepala sekolah serta wakil kepala sekolah bagian kurikulum yang melakukan monitoring pada saat dilakukan kegiatan tindakan kelas, mengemukakan bahwa sebaiknya dalam pembagian kelompok guru terlibat langsung.
Hal ini mungkin di sebabkan kerena kelemahan dari pendekatan problem posing sendiri di mana kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar.
Walaupun demikian perlu di kemikakan bahwa apabila guru menginginkan untuk hasil belajar siswa lebih tinggi lagi maka dapat pula dilakukan proses penelitia tindakan selanjutnya dengan mangembangkan pendekatan problem posing dengan materi yang lain.
Dari analisis dari data hasil tes diatas, terlihat bahwa pada tindakan pertama ketuntasan hasil belajar belum mencapai 85% sehingga perlu adanya tindakan kedua. Pada tindakan kedua ketuntasan belajar telah mencapai 90% sehingga penelitian ini telah memberikan hasil yang baik dan memuaskan.
Dari analisis data tersebut juga diperoleh gambaran bahwa terjadi perubahan tindakan hasil belajar siswa. Ketuntasan daya serap belajar berturut-turut sebesar 65,66% dengan nilai rata-rata 6,64, tindakan putaran kedua sebesar 73,33% dengan nilai rata-rata 7,98%.
Dalam tindakan kedua untuk hasil belajar perorangan diperoleh 3 siswa yang belum tuntas belajar dan perlu mendapat bantuan perhatian khusus oleh guru, dan untuk menapai hasil belajar secara klasikal 90% artinya ini sudah tercapai peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan problem posing pembelajaran Ekonomi dapat meningkatkan hasil belejar
Nama : Kristison Muda,S.PdK
Alamat : Desa Duma- SMP Negeri Satu Atap Kusuri Kec. Tobelo Barat
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul
Dunia yang kita tempati dan diami ini bukanlah sebuah dunia yang steril dari segala perubahan dan kemajuan. Akan tetapi dunia yang sifatnya multidimensial yang perkembangannya dari waktu ke waktu mengalamai perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu terus bergerak seirama dengan kemajuan zaman dengan berbagai penemuan yang menghasikan produk-produk berteknologi tinggi. Hasil penemuan produk berteknologi tinggi secara terus menerus dikembangkan dengan tujuan untuk mempermudah dan atau menggampangkan aktivitas dan kegiatan umat manusia.
Dalam dekade atau era yang kita kenal dengan modernisasi ini, dimana pola pikir dan gaya hidup manusia secara terus menerus mengalami perubahan seirama dengan kemajuan zaman yang kian meroket, telah menciptakan sebuah tatanan model kehidupan gaya baru yang dikenal dengan “gaya hidup instan” dalam artian bahwa manusia cenderung menikmati gaya hidup yang gampang dan mudah. Jika kita kembali ke periode tahun 50-an dimana surat menyurat merupakan sarana komunikasi ideal antara satu dengan yang lain.
Di zaman yang serba instan ini hal demikian dirasakan sangat tidak efisien, baik dari segi waktu dan anggaran.
Penemuan teknologi baru dewasa ini khususnya dalam bidang komunikasi telah menjawab sebuah ketidakmungkinan menjadi mungkin, bahwa waktu, jarak serta anggaran atau biaya sudah tidak lagi menjadi tembok yang menghalangi dan memisahkan dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain, sekalipun beda jarak dan beda tempat yang cukup jauh. Hasil penemuan sebuah teknologi dibidang komunikasi telah membuat kehidupan manusia semakin gampang dan mudah.
Akan tetapi sebuah pertanyaan kritis dan rasional yang harus dikemukakan oleh setiap orang adalah, siapkah kita menghadapi tantangan kemajuan ini? Pertanyaan ini sengaja dibuat, oleh karena penuis merasa bahwa kita saat ini belum siap menghadapi kemajuan zaman dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Banyak diantara kita yang dmanfaatkan oleh kemajuan teknoogi, dan bukan kita memanfaatkan teknlogi itu sendiri.
Salah satu contoh hasil produk dari teknologi di era ini adalah telpon genggam (Handphone). Handphone (HP) dasawarsa ini bukan saja dikonsumsi (dipakai) oleh para pekerja yang nota benenya mempunyai kemampuan untuk membeli oleh karena punya pendapatan atau penghasilan. Akan tetapi HP ini juga merambah hingga kepada anak sekolah (siswa). HP di era ini bukan lagi menjadi barang mewah yang untuk mendapatkannya harus mengeluarkan uang yang banyak, HP juga bagi manusia bukan lagi sebuah kebutuhan sekunder, akan tetapi HP telah menjadi kebutuhan primer yang sangat penting atau vital dalam segala aktivitas kehidupan manusia.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita telah memasuki era baru (new era) di mana teknologi komunikasi telah serta-merta menjadi pilihan utama atau kebutuhan primer saat ini. Orang cenderung merasa minder, dan terisolir dari lingkungannya sendiri jika tidak memanfaatkan teknologi ini (Hanphone). Di lingkungan sekolah, seorang siswa akan merasa malu jika tidak memiliki Handphone, oleh karena dinilai kuno atau tidak gaul oleh teman-temannya. Dengan kondisi faktual ini, orang akan senantiasa berlomba-lomba berusaha untuk mendapatkan produk ini agar tidak dianggap ketinggalan zaman.
Kehidupan konsumeristis, dimana cenderung berusaha semaksimal munggkin untuk memenuhi kebutuhannya telah mengubah pola pikir dan gaya hidup orang-orang zaman sekarang, tanpa terkecuali, besar-kecil, kaya-miskin dan pekerja atau siswa. Fungsi dan kegunaan utama dari HP (Handphone), dasawarsa ini tidak lagi hanya sebatas alat komunikasi saja, akan tetapi telah dimanfaatkan juga untuk kepentingan yang lain, seperti: SMS, MP3, Video, Kamera dan sebagainya, sehingga hendphone menjadi multi media.
Keberadaan handphone telah menggerogoti pikiran manusia, bahkan secara khusus pikiran para siswa (pelajar). Para siswa di zaman ini merasa lebih percaya diri dengan adanya Handphone di sakunya. Akan tetapi, pertanyaan! Bagaimana kah seorang siswa dapat belajar dengan serius jika Handphone teman setianya?
Hasil teman di lapangan menunjukan bahwa kehadiran Handphone di kalangan masyarakat luas telah mengubah tatanan budaya bangsa kita, bahkan kehadiran Handphone di kalangan dunia pendidikan (sekolah) telah serta-merta mengubah pola pikir dan gaya hidup siswa zaman sekarang tidak terarah, bahkan moralitas dari pelajar mengalami degradasi.
Kaitan dengan kondisi di atas, bahwa performance (penampilan) dari para pelajar saat ini tidak lagi menampikan ciri khas seorang pelajar yang sesungguhnya, oleh karena kemajuan teknologi khususnya dibidang komunikasi (Handphone) telah merubah gaya hidup siswa (pelajar) zaman sekarang yang mengarah kehal yang sifatnya negatif dari pada positif, menurut penulis agar kita lebih kritis dan selektif dalam menjawab persoalan ini.
Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan dengan fungsinya sebagai wadah yang nantinya mempersiapkan generasi-generasi muda yang berkompeten, berpengetahuan tinggi, handal dalam menjawab kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) harusnya peka terhadap perubahan-perubahan ini. Sebagai wadah yang dipercayakan oleh masyarakat untuk membimbing, mendidik, menarahkan bahwa menciptakan dan atau memproduksi generasi muda, sekolah tidak hanya berusaha memproduksi generasi yang berintelektual, namun tidak bermoral. Akan tetapi produknya harus menghasilkan generasi-generasi muda yang handal namun tidak brandal, yang ber-intelektual namun bermoral.
Oleh karena itu, sadar akan keterpanggilannya sebagai lembaga formal sekolah senantiasa tampil dengan produk kurikulumnya yang benar-benar berbasis kepada kodisi siswa. Artinya, bahwa kurikulum yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan harusnya menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa dewasa ini dengan mengacu kepada kurikulum nasional. Dengan demikian, kurikulum saat ini yang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih memberikan ruang gerak kepada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) dapat diaktualkan dalam sebuah kurikulum yang sesuai dengan konteks dan kondisi siswa.
Dengan kenyataan-kenyataan di atas penulis sadar, bahwa situasi fenomenal ini harus ditangani secara serius, sebab jika tidak maka generasi muda saat ini akan mengalami krisis identitas. Krisis identitas oleh karena pelajar masa sekarang yang merupakan tulang punggung generasi bangsa akan memiliki moral yang rusak akibat salah memanfaatkan teknologi itu sendiri. Penulis sadar bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dengan temuan-temuannya yang spektakuler telah mengakibatkan mentalitas dari pada pelajar semakin terpuruk akibat kurangnya pengetahuan untuk memanfaatkan teknologi tersebut.
J. Verkuyl, mengatakan bahwa:
Salah satu kemerosotan yang sering nampak di dalam penguasaan ilmu pengetahuan itu ialah bahwa banyak orang memandang bahwa ilmu pengetahuan tersebut bukan sebagai alat, melaikan sebagai tujuan. Mereka mengusahakan ilmu pengetahuan itu bukan untuk mengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia, melaikan pengetahuan itu sendiri.¹
Dengan demikian, jelas bahwa banyak dari kita, secara khusus para pelajar salah dalam memahami ilmu pengetahuan. Banyak pelajar terperosok dalam konsep pemikiran yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan yang di dalamnya menghasilkan berbagai produk-produk seperti halnya Handphone merupakan tujuan yang harus dicapai, bukanlah belajar untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi perubahan ini.
Handphone yang merupakan hasil temuan dari ilmu pengetahuan haruslah dimanfaatkan secara positif oleh para siswa, bukannya memanfaatkannya demi dan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak mengarah kepada “Education” atau pendidikan. Dengan salah memanfaatkannya pelajar telah membuat tujuan-tujuan utamanya datang ke sekolah semakin kabur dan tidak terarah.
Untuk itulah, sebagai seorang pendidik penulis merasa terpanggil untuk mengkritisi persoalan ini dengan asumsi agar kemersotan akhlak di kalangan pelajar dasawarsa ini.
Akibat pengaruh Handphone tidak sampai menyebabkan para pelajar terperosok lebih jauh dalam gaya hidup yang jauh dari Tuhan. Penulis yakin, bahwa dengan pendekatan Pendidikan
Agama Kristen (PAK) yang benar-benar berbasis kepada kondisi nyata siswa saat ini, dengan topangan yang kuat baik dari pihak sekolah sebagai pengelolah lembaga pendidikan dan orang tua, serta masyarakat secara umum situasi fenomenal ini akan teratasi.
Terlepas dari semua itu, seorang pelajar harus memahami dengan benar apa yang menjadi tujuan utama dia (pelajar) datang di sekolah, bahwa bukan hanya sekedar bertemu dengan teman-teman atau agar kelihatan bahwa dia adalah seorang pelajar oleh karena berpakaian seragam. Akan tetapi lebih dari itu, bahwa tujuan utama seorang pelajar datang di sekolah adalah “belajar” (learning). Belajar tidak hanya sekedar datang ke sekolah membawa buku dan pena, mengikuti pelajaran, dan setelah aktivitas berakhir maka dia (pelajar) kembali ke rumah.
Belajar yang demikian sangat tidak memberikan manfaat bagi pelajar tersebut. Oleh karena motivasi datang ke sekolah dari hari ke hari tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Roestiya N.K., bahwa: “Belajar adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu.”²
Dengan memahami secara benar pengertian dari kata “Belajar”, yang mengandung makna adanya perubahan ketika proses tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Maka seorang pelajar tidaklah seperti orang buta yang tidak dapat melihat, dan memerlukan tuntunan dari orang sekitarnya. Perubahan zaman dasawarsa ini dengan diproduksinya sebuah teknologi baru di bidang komunikasi (Handphone) telah mengakibatkan kondisi moralitas dari pada pelajar semakin terpuruk akibat salah dalam memanfaatkan teknologi ini HP (Handphone).
Tidak hanya sebagai alat yang memudahkan untuk berkomunikasi. Akan tetapi fungsinya lebih dari itu, seperti halnya menyimpan gambar-gambar porno dan lain sebagainya yang sangat tidak bermanfaat bahkan cenderung mengakibatkan mentalitas dari pelajar akan semakin terpuruk, atau dengan kata lain bahwa moralitas pelajar dasawarsa ini mengalami degradasi pada tataran yang sangat memprihatinkan.
Jika kembali pada azas belajar yang sesungguhnya, bahwa dengan belajar maka seorang akan mengalami perubahan. Artinya, bahwa dengan belajar maka seorang pelajar akan berubah sikap dan tingkah-lakunya dari tidak bermoral, menjadi lebih bermoral dan beretiked baik. Maka situasi faktual saat ini, diandaikan bagaikan sebuah piramida terbalik, bahwa sekalipun seorang pelajar tersebut datang ke sekolah setiap hari dan mendapat pelajaran dari para guru, akan tetapi yang terjadi adalah tidak adanya perubahan karakter dan gaya hidup dari pelajar secara sigifikan. Justru para pelajar semakin asyik, bahkan merasa bangga dengan kepribadian yang salah.
Kondisi memprihatinkan ini telah menggerakan nurani penulis untuk mengkritisinya secara serius. Penulis meras terpanggil untuk menyikapi kasus yang terjadi ini dengan tujuan agar para siswa sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, yang adalah tulang punggung bangsa, sebab di pundak merekalah (pelajar) masa depan bangsa ini dipertaruhkan.
Bertolak dari latar belakang dan alasan pemilihan judul diatas, maka penulis akan bekerja dan membatasi diri pada persoalan “dampak ilmu pengetahuan dan teknologi” dibawah sorotan judul:
“PAK DAN INFORMASI TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI”, dengan sub judul: “Suatu Kajian Pedagogik Teologis tentang Dampak Informasi Teknologi dan Komunikasi terhadap Moralitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri Satu Atap Kusuri.”
B. Perumusan Masalah dan Persoalan Penelitan
a. Perumusan Masalah
Apakah guru telah melaksanakan fungsinya dalam merancang langkah-langkah strategisnya dan upaya-upaya dalam menjawab persoalan dampak informasi teknologi dan komunikasi terhadap moralitas siswa SMP Negeri Satu Atap Kusuri.
b. Persoalan Penelitian
1. Bagaimana pemahaman pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri terhadap kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?
2. Bagaimana Pendidikan Agama Kristen (PAK) dengan nilai-nilai-nilai Kristiani menjawab dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di kalangan pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri.
3. Apa yang seharusnya dilakukan pihak sekolah (SMP Negeri Satu Atap Kusuri) terhadap mundurnya moralitas para siswa.
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. Menggambarkan tentang peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK) didalam menjawab persoalan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Menggambarkan tentang tanggung jawab sekolah dalam kaitan dengan moralitas siswa.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ini, metode yang digunakan penulis adalah: metode dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Dengan mempergunakan metode yang dimaksud penulis berupaya menggambarkan secara sitematis fenomena-fenomena atau masalah-masalah yang diteliti serta berupaya mengkaji penyebab-penyebab dari fenomena tertentu.³
Fenomena yang dimaksud yakni berkaitan dengan dampak informasi teknologi dan komunikasi sehingga dapat menguak informasi aktual berdasarkan fakta ataupun keadaan yang telah maupun sementara berlangsung. Selanjutnya Penelitian Kepustakaan (Library Research), di dalam penulis mempergunakan buku-buku dan artikel sebagai referensi dalam penulisan karya ini.
- Teknik pengumpulan data:
1. Wawancara. Penulis melakukan interview kepada responden (pelajar SMP Negeri Satu Atap Kusuri).
2. Angket. Berupa daftar yang diedarkan kepada para siswa dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
E. Sistimatika
Agar lebih terarah di dalam penulisan karya ini, maka pada bagian ini penulis akan menguraikan sistimatika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis menguraikan latar belakang dan alasan pemilihan judul, perumusan masalah dan persoalan penelitian, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistimatika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM SMP NEGERI SATU ATAP KUSURI
Bagian ini merupakan tempat penelitian lapangan penulis yang berisikan gambaran umum SMP Negeri Satu Atap Kusuri: sejarah singkat berdirinya sekolah, letak geografis, data statistik sekolah (jumlah guru dan siswa serta tata usaha), serta konsep pemahaman para siswa tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan cara pemanfaatannya dalam tatanan nilai Kristiani.
BAB III: LANDASAN TEORI
Pada bagian ini penulis memfokuskan kepada dampak dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu sendiri, apakah itu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tentang pengertian atau defenisi tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dampak dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, langkah-langkah strategis, peranan PAK, pengertian PAK.
BAB IV:
A. PEMBAHASAN
1. Hasil Observasi
Hasil observasi yang di peroleh selama proses pembelajaran adalah pada pertemuan pertama adalah belum semua siswa aktif sehingga hasil belajar yang di peroleh tiap siswa masih rendah, karena masih ada siswa yang belum memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan juga siswa belum berani bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang diajarkan, serta siswa belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok untuk menyusun soal yang di tugaskan guru sehingga mereka lebih mengharapkan temannya yang menyusun soal.
Setelah dilaksanakan siklus kedua maka hasil observasi yang diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar. Pada siklus kedua ini siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya dan siswa sudah mulai berani bertanya kepada guru selain itu siswa-siswi tersebut sudah dapat bekerja sama. Selain itu dalam siklus kedua ini masih terdapat kekurangan yaitu, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam diskusi, hal ini mungkin disebabkan karena kekurangnya pengamatan guru terhadap siswa-siswi tersebut.
Pada siklus ketiga ini hasil observasi yang diperoleh selama pembelajaran mengalami peningkatan aktifitas belajar secara perlahan hal ini dapat dilihat pada siklus kedua dan ketiga maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hasil Evaluasi
Setelah mengadakan penelitian dan pengolahan data hasil penelitian maka dangan membandingkan hasil penilitian hasil tiap putaran, putaran pertama peneliti mengajarkan materi pelajaran dengan proses pembelajaran dilakukan seperti biasa. Dan di akhir pengajaran dilakukan evaluasi untuk tes awal sebagai penentuan tindakan. Dari hasil tes tersebut ada 17 siswa yang dapat memperoleh nilai diatas 6,5 dengan capaian klasikal 56,66% atau jumlah sigma X (jumlah nilai) = 199,2 dengan nilai rata-rata 6,64. Pada putaran pertama ini siswa belum memperoleh ketuntasan daya serap secara klasikal belum tercapai. Dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa tersebut maka diadakan tindakan putaran kedua.
Pada putaran kedua (tindakan pertama), peneliti dengan menyajikan materi dengan menggunakan pendekatan problem posing dan diperoleh 22 siswa yang nilainya diatas 6,5. Dengan capaian secara klasikal 73,33% artinya pada tindakan pertama (putaran kedua) ini siswa masih belum mecapai ketuntasan hasil belajar perlu untuk putaran ketiga.
Dan selanjutnya dilakukan putaran ketiga yaitu peneliti menyajikan materi dengan menggunakan pendekatan problem posing, dimana siswa lebih aktif belajar, setelah diadakan penelitian hasil diadakan dari 30 jumlah siswa ternyata 27 siswa dengan nilai di atas 6,5 dengan capaian secara klasikal 90% artinya pada putaran ketiga ini siswa sudah mencapai peningkatan hasil belajar. Dari hasil yang diperoleh ternyata terjadi peningkatan hasil belajar dengan jumlah nilai keseluruhan =239,4 dan nilai rata-rata sebesar 7,98 dan juga lembar pengamatan (obervasi) yang di isi oleh rekan guru Ekonomi (pengamat), yang terus meningkat pada putaran kedua dan ketiga. Serta di monitoring oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian Kurikulum SMP Negeri 1 Atap Kusuri Kecamatan Tobelo Barat. hal ini yang di monitor adalah pengamat dan penerapan.dan sesuai dengan hasil monitoring guru bidang studi dan kepalah sekolah bahwa peneliti tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan sudah menghasilkan presentasi belajar yang baik dan memuaskan. Hal ini sesuai dengan dari saran guru bidang studi ekonomi dan kepala sekolah serta wakil kepala sekolah bagian kurikulum yang melakukan monitoring pada saat dilakukan kegiatan tindakan kelas, mengemukakan bahwa sebaiknya dalam pembagian kelompok guru terlibat langsung.
Hal ini mungkin di sebabkan kerena kelemahan dari pendekatan problem posing sendiri di mana kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar.
Walaupun demikian perlu di kemikakan bahwa apabila guru menginginkan untuk hasil belajar siswa lebih tinggi lagi maka dapat pula dilakukan proses penelitia tindakan selanjutnya dengan mangembangkan pendekatan problem posing dengan materi yang lain.
Dari analisis dari data hasil tes diatas, terlihat bahwa pada tindakan pertama ketuntasan hasil belajar belum mencapai 85% sehingga perlu adanya tindakan kedua. Pada tindakan kedua ketuntasan belajar telah mencapai 90% sehingga penelitian ini telah memberikan hasil yang baik dan memuaskan.
Dari analisis data tersebut juga diperoleh gambaran bahwa terjadi perubahan tindakan hasil belajar siswa. Ketuntasan daya serap belajar berturut-turut sebesar 65,66% dengan nilai rata-rata 6,64, tindakan putaran kedua sebesar 73,33% dengan nilai rata-rata 7,98%.
Dalam tindakan kedua untuk hasil belajar perorangan diperoleh 3 siswa yang belum tuntas belajar dan perlu mendapat bantuan perhatian khusus oleh guru, dan untuk menapai hasil belajar secara klasikal 90% artinya ini sudah tercapai peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan problem posing pembelajaran Ekonomi dapat meningkatkan hasil belejar
Nama : Kristison Muda,S.PdK
Alamat : Desa Duma- SMP Negeri Satu Atap Kusuri Kec. Tobelo Barat
No comments:
Post a Comment