Strategi Meningkatkan Peranserta Masyarakat Melalui Otonomi Sekolah
untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Since 2001, the Government of Indonesia has change the school
management from centralization to decentralization in order to improve
the quality of education. Thus, every school in Indonesia has to
implementing the scoll base management system. From the research and
literature review it was found that in the school base management
system, the role of the community is very important in improving the
quality of education. Homever, in many schools in Indonesia, the
community participation in school improvement is low. All of the
potencial resources in the community has not yet been utilized by the
school principals. Therefor, the strategic which can be used by
school principals in creasing community participation, in order to
improve the quality of education.
Pembagunan merupakan proses perubahan dalam masyarakat, dimana
kemiskinan dihapuskan, kreatifitas serta pengetahuan masyarakat
ditingkatkan menuju kemandirian dan kemakmuran. Sektor pendidikan
merupakan salah satu sektor dalam pembangunan menjadi tumpuan harapan
dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
menghadapi globalisasi menuju kemandirian dan kemakmuran bangsa.
Dewasa ini kualitas SDM Indonesia berada pada posisi yang sangat
meprihatinkan, apabila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di
dunia.
Berbagai permasalahan pendidikan ditemukan di sekolah dewasa ini yang
belum kunjung terselesaikan, diantaranya: mutu pendidikan bangsa
Indonesia masih rendah baik menurut penilaian Internasional maupun
penilaian masyarakat sendiri di dalam negeri. Pembangunan
sarana-prasarana fisik sekolah puluhan tahun lalu tidak dibarenggi
oleh peningkatan mutu lulusan. Revisi kurikulum yang telah
berkali-kali dilakukan tidak membuahkan praktek dalam pembelajaran
menuju hasil belajar yang lebih baik. Desentralisasi penyelenggaraan
pendidikan dengan Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan pun tampaknya
belum menunjukkan tanda-tanda akan membaiknya mutu pendidikan di tanah
air, sekolah hanya merupakan pepanjang tangan birokrasi pemerintah
pusat dalam pelaksanaan pendidikan dan kebijakan pendidikan berada
pada pemerintah pusat. Pengelolaan pendidikan yang bersifat
sentralistik, sehingga membuat kepala sekolah/guru kurang kreatif
mengelola dan mengatur pendidikan yang dilaksanakan di sekolahnya
masing-masing. Tekanan birokrasi menyebabkan transparansi kurang
berkembang serta peran orang tua dan masyarakat hanya sebatas membayar
SPP serta membelikan seragam sekolah, banyak aspirasi masyarakat di
daerah kurang jadi pertimbangan dalam pelaksanaan pendidikan. Semua
kebijakan dilaksanakan berdasarkan Juklah (Petunjuk Pelaksanaan) dan
Juknis (Petunjuk Teknis) yang ada. Selanjutnya anggaran pendidikan
diturunkan dari pusat ke daerah melalui jalur birokrasi yang
berbelit-belit
dan tidak jarang anggaran tersebut sampai ke sekolah-sekolah tidak
sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan.
Berkenaan dengan hal itu, Depdiknas menjelaskan hambatan dalam
peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya
: (1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang
menggunakan pendekatan educational production function atau
input-output analysis tidak dilaksanakan secara konsekuen, selama ini
pendekatan yang digunakan terlalu memusatkan pada input pendidikan
kurang memperhatikan proses, pada hal proses pendidikan sangat
menentukan hasil pendidikan; (2) penyelenggaraan pendidikan nasional
dilakukan secara birokratik-sentralistik, yang menyebabkan sekolah
kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya, termasuk dalam meningkatkan mutu pendidikan; (3)
minimnya peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kondisi tersebut di atas, menunjukkan pelaksanaan pendidikan Indonesia
memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak. Hasri, dalam
Implikasi Manajemen Berbasis Sekolah menjelaskan perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan pelaksanaan pendidikan, salah satunya dengan
melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan. Menyadari akan
pentingnya peningkatan kualitas pendidikan melalui otonomi daerah dan
kenyataan yang ada, maka dalam rangka menyongsong otonomi pendidikan
dalam kerangka otonomi daerah dibutuhkan serangkaian inovasi. Inovasi
yang dimaksud, diantaranya: pengelolaan pendidikan berbasis sekolah,
peran aktif masyarakat di bidang pendidikan, guru yang profesional dan
siswa berkualitas. Bebagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pendidikan melalui otonomi sekolah haruslah memberikan sumbangan yang
konstruktif dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Berdasarkan uraian tersebut, peranserta masyarakat melalui otonomi
sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara satu sekolah dengan
sekolah lain atau antara satu daerah dengan daerah lain beragam.
Melalui uraian berikut ini, menarik dikaji lebih lanjut bagaimana
peranserta masyarakat melalui otonomi sekolah serta strategi yang
dapat dilakukan dalam meningkatkan peranserta masyarakat melalui
otonomi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pengungkapan
permasalahan tersebut sangat bermanfaat untuk menemukan solusi dalam
mengikutsertakan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
otonomi sekolah.
peran serta masyarakat, keluarga dan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan amat diperlukan. Berdasarkan amanat tersebut dijelaskan
bahwa segenap lapisan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memiliki
kewajiban untuk berpartisipasi dalam semua aspek pengelolaan
pendidikan, di semua jenis dan jenjang karena pendidikan adalah
tanggungjawab bersama antara pemerintah, keluarga dan masyarakat.
Peranserta masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan di daerah akan
mendorong peningkatan mutu dan pengelolaan pendidikan di sekolah
secara transparan dan demokratis, serta menghilangkan monopoli
pengelolaan pendidikan. Sehubungan dengan hal itu, pengelolaan
pendidikan dikembalikan kepada masyarakat untuk berperan aktif bersama
sekolah dan pemerintah dalam pelaksanaan pendidikan. Keterlibatan
guru, orang tua, dan pemerintah daerah bersama anggota masyarakat
lainnya dalam pengambilan keputusan, dipandang dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang efektif di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat dalam merencanakan
dan pelaksanaan program pembangunan pendidikan di sekolah belum
terwujud secara optimal. Sebagian besar informan berpandangan
pembangunan sekolah adalah urusan pemerintah dan masyarakat sifatnya
hanya mendukung saja. Kondisi ini menyebabkan pemeliharaan fasilitas
yang sudah ada sangat rendah.. Komite sekolah sebagian besar belum
mengarah kepada peningkatan mutu PBM, seperti penyediaan buku-buku dan
media pembelajaran. Kondisi tersebut menunjukkan peranserta masyarakat
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, baru sebatas dukungan dana
dalam pembangunan fisik sekolah.
masyarakat dan keluarga dapat diajak untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan pendidikan melalui dua belas langkah kegiatan berikut ini:
(1) advocating enrollment and education benefits, (2) ensuring regular
students attendance and completion, (3) constructing, repairing, and
improving facilities, (4) contributing in-kind labor, materials, land
and funds, (5) identifying and supporting local teacher candidates,
(6) making decisions about school location and schedules, (7)
monitoring and following up teacher and students attendance, (8)
forming education committees to manage schools, (9) attending school
meetings to know about children's work, (10) providing skill
instruction to know about children's work, (11) helping children with
studying, (12) gathering more resources and solving problems through
the education bureaucracy.
.
Sebagian perencanaan dan pengambilan keputusan pendidikan dewasa ini,
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah. Tidak
jarang keputusan yang diambil tidak sesuai dengan situasi dan kondisi,
sehingga orang tua dan masyarakat merasa diperlakukan semena-mena.
Apabila dicermati lebih lanjut, permasalahan pendidikan menjadi
pembicaraan masyarakat dimana-mana, mulai dari kedai kopi sampai
kepada seminar yang dilaksanakan dengan melibatkan pakar maupun para
praktisi yang tidak kunjung terselesaikan secara baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranserta masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan melalui otonomi sekolah belum terlaksana secara
maksimal. Sekolah beserta Dinas Pendidikan belum mensosialisasikan
perubahan paradigma pengelolaan pendidikan yang berbasis otnomi
sekolah dan masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan segala potensi
yang ada di lingkungan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan belum termanfaatkan secara optimal.
Peranserta masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan melalui otonomi
sekolah dewasa ini sangat di harapkan terlaksana secara maksimal.
Sekolah beserta Dinas Pendidikan belum mensosialisasikan perubahan
paradigma pengelolaan pendidikan yang berbasis otnomi sekolah dan
masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan segala potensi yang ada di
lingkungan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan agar
termanfaatkan secara optimal.
Peningkatan peranserta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan
dapat dilakukan melalui kegiatan pelibatan masyarakat pada tataran
perencanaan.
pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut program pendidikan di
sekolah. Perumusan perencanaan diharapkan mempertimbangkan tujuan
akhir yang dikehendaki masyarakat, sasaran-sasaran dan prioritas untuk
mewujudkannya, jangka waktu pencapaian, masalah-masalah yang dihadapi,
modal dan sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya,
kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya, orang atau
masyarakat dan organisasi atau badan pelaksananya, mekanisme
pemantauan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaannya. Peningkatan
kesadaran masyarakatn bahwa program peningkatan kuliatas pendidikan
melalui otonomi sekolah tersebut menguntungkan bagi masa depannya
sendiri.
Daftar Kepustakaan.
Ali, M.( 1983): Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Asyraf.
Anonim. (2000): Manajemen pendidikan berbasis sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Anomirn. ( 2000) : Dukungan masyarakat terhadap sekolah. Jakarta: Depdiknas
Bryant, Coralie & Louise, White, (1989) : Manajemen untuk Negara
Berkembang (terjemahan L.Rusyanto). Jakarta : LP3ES.
Firman, (2006) : Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah di Sumatera Barat. Padang : FIP UNP
Hasri, Salfen, Firman, Helis Setiani dan Akhramer, (2006) : Implikasi
Manajemen Berbasis Sekolah di Sumatera Barat. Padang : Balitbang
Propinsi Sumatera Barat.
Jurnal llmu Pendidikan Tahun XlI Edisi 19-20.1998-1999.
Kartasasmita, Ginandjar, (1996) :Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : Pustaka Cidesindo
Nasution.( 1999) : Guru yang Profesionai. Surabaya: Usaha Nasional
Ndraha,Taliziduhu, (1987) : Pembangunan Masyarakat. Jakarta : Bina Aksara
Piliang,Hasrul, Firman dan Andi Bastian, (2004) : Partisipasi
Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembagunan Prasarana Sosial di
Minangkabau. Padang : Balitbang Propinsi Sumatera Barat.
Soetrisno, Lukman . (1993) Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanasius.
Supriatna, Tjahya (2000) : Strategi Pembangunan dan Kemiskinan.
Jakarta : Rineka Cipta
Nama : nurmansyah
Alamat : mns dayah meunara kec. kutamakmur
No comments:
Post a Comment