Pages

Saturday, November 1, 2008

Analisa Kimia dan khasiat Lidah Buaya (Aloe Vera)


Marleni Sirevia 61678/2004
Jurusan Kimia

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Padang


A.Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat yang terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat yang berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh karena itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada tumbuhan ini adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang terkandung dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya.
C.Batasan Masalah
Dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada kandungan senyawa organik pada tanaman lidah buaya.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
Lidah buaya nama botaninya adalah Aloe vera, dengan famili Liliaceae kata orang tak kenal maka tidak cinta. Jika tidak kenal maka tidak ada gunanya. Aloe vera di tanam sebagai tanaman hias di rumah atau taman. Tumbuh di tempat yang berhawa panas.
Ciri-ciri tanaman Aloe vera :
1.Batang
Pendek, batang tidak tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah, herba ini mempunyai batang seperti pokok ubi keladi dengan ketinggian sampai 15 cm dan berdiameter 1 cm – 2 cm. Pada batang akan muncul anak/ tuntas. Batang Aloe vera bisa disetek untuk perbanyakan tanaman dari sisa tunggul yang sudah di pangkaspun akan muncul tunas.
2.Daun
Daun tanaman Aloe vera berwarna hijau, berkelompok-lompok kelabu, berbentuk pita dengan helaian yang memanjang berduri lembut di tepi daun, bersifat sukelen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung lendir (gel) sebagai bahan obat sehingga daunnya tebal. Daun mencapai berat 0,5 – 1 kg, daun melingkar rapat disekeliling batang.
3.Bunga
Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan keluar dari ketiak daun, bunga panjangnya mencapai 1 meter.
4.Akar
Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan tanah, panjang 50 – 100 cm. Tanaman ini tumbuh pada tanah yang subur dan gembur.
Aloe vera mengandung beberapa jenis vitamin, zat galian, enzim dan antibiotik yang bermanfaat dalam bidang kesehatan antara :
-Mengobah sakit lemah buah pinggang
-Sakit perut/ gastrik -Tonik -Herba untuk wanita memperbaiki peranakan -Mengandung serat dan melambatkan rasa lapar (untuk diet)-Melicinkan kulit -Lendir kuning yang dikeringkan untuk pelawas -Obat kulit terkena air panas -Untuk Agar vera (bidang industri)
B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi). Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol menurut Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu, biru, dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas : 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena), 3) Diterpena (empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5) Tetraterpena (delapan unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit isoprena). Monotepen dan seskiler adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenold, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam mu=inyak hati ikan, karoten karoten pigmen dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-homon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A.Waktu: 23 November 2007
B.Sampel: Daun Lidah Buaya
C.Alat-alat dan Bahan
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan 
Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML kloroform), H2SO4 2 N, pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium
D.Prosedur
Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil (Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Penelitian
No. Uji Pereaksi Hasil
4.Alkoloid
Flavanoid
Steroid/ terpenoid
Saponin - Mayer
-Wagner
-Dragendorf
-HCl p . a dan serbuk Mg
-H2SO4 p . a
-Aquadest Negatif
Negatif
Negatif
Warna kuning
Negatif
Ada busa
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun lidah buaya untuk identifikasi alkaloid daun lidah buaya yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring, diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4 nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner dan dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti lidah buaya tidak mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun lidah buaya yang dirajang halus diekstrak dengan metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg, maka diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning berarti daun lidah buaya mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan lidah buaya yang dirajang halus ditambah aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5 menit teryata terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun lidah buaya tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun lidah buaya mengan flavonoid dan Saponin
3.Daun lidah buaya merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk obat.
B.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan supaya makalah ini lebih disempurnakan dengan menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan senyawa organik bahan alam, dan manfaatnya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB 
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006; semarang



Analisa Kimia dan Khasiat Daun Kapas Merah


LIFIA RAHAYU 66972 / 2005
Pendidikan Kimia Nr



Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Padang 2007

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut kamus dewan, tumbuh-tumbuhan adalah segala yang hidup dan berbatang, berakar,berdahan,berdaun dan sebagainya.Tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai penawar dan peracun dalam kehidupan seharian manusia.Dalam aspek ini, tumbuh-tumbuhan dapat dibagi kepada dua kategori yaitu tumbuhan beracun dan tidak beracun.. Aspek-aspek yang dikaji adalah tentang bahagian yang tidak beracun atau berkhasiat bagi manusia terutama pada bagian daunnya.
Tercatat Indonesia memiliki ratusan jenis tanaman yang potensial mengandung bahan obat.Meskipun belum semua terteliti, sekitar 200 jenis tanaman telah melalui proses skrining oleh kalangan peneliti. Konon, Indonesia memang memiliki lebih dari 9.000 spesies tanaman obat.Namun,ternyata baru 350 spesies yang teridentifikasi dan hanya 3–4% yang telah dimanfaatkan secara komersial ( Abdul, 2007 ). 
Kapas merupakan salah satu tanaman obat yang ada di Indoneia. Daun Kapas digunakan untuk pengobatan radang usus (enteritis), demam, dan batuk berdahak. Tumbuhan kapas ini merupakan herba satu tahunan, semak tahunan atau jarang berupa pohon kecil, hampir di semua bagian terdapat titik-titik kelenjar minyak berwarna hitam Buah, bunga dan daun Gossypium arboreum ( daun kapas ) mengandung saponin, flavonoida,polifenol dan alkaloida( Wardiyono, 2007 ).
Selain itu, kapas juga merupakan tanaman serat yang penting di dunia. Serat utama dari tanaman kapas adalah rambut biji yang panjang (`lint`), yang digunakan untuk membuat benang dan dipintal dalam pabrik tekstil, baik digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tanaman lain, serat binatang atau serat sintetik. Akar atau kulit akar kapas (mian hua gen) rasanya manis, sifatnya hangat. Berkhasiat tonik pada lambung, limpa, dan vital energi, antitusif, antiasmatik, merangsang kontraksi rahim, mempercepat kelahiran bayi, abortivum, mengurangi keluarnya darah haid, mempermudah pembekuan darah, dan merangsang keluarnya air susu ibu (ASI). Biji kapas (mian hua zi) rasanya pedas, sifatnya panas. Tonik untuk hati dan ginjal, menguatkan tulang punggung dan lutut, menghentikan perdarahan (hemostatis), kontraksi rahim, menekan produksi sperma, pereda demam (antipiretik), antiradang, dan pelembut kulit. Selain itu, mempunyai efek antibakteri dan antivirus (Departemen Kesehatan RI, 2007). 
Oleh karena itu, penulis lebih tertarik akan khasiat dari tumbuhan herbal kapas ini sehingga dilakukan pengujian metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan ini yang terangkum pada paper ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder ( alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin ) pada daun kapas sehingga dapat mengetahui manfaat dan kegunaan dari daun herbal ini.
1.3Pembatasan Masalah
Penulis membatasi penulisan ini hanya pada identifikasi tumbuhan kapas pada bagian daunnya yang mengandung kandungan metabolit sekunder.
1.4 Perumusan Masalah
Hal ini dilatarbelakangi pada permasalahan bagaimana mengidentifikasi daun beluntas ini dan metabolit sekunder apa yang terkandung di dalamnya.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulis mengharapkan pada penulisan paper ini dapat memberikan informasi mengenai daun kapas yang mengandung beberapa metabolit sekunder dan manfaatnya sebagai tumbuhan obat.





TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tumbuhan 2.1.1 Gambar
2.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae (tumbuhan); Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio: Spermatophyta (menghasilkan biji; Divisio: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil; Sub-kelas: Dilleniidae 
Ordo: Malvales; Familia: Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus: Gossypium; Spesies: Gossypium arboreum L.
Nama Lokal kapas. - Gossypium arboreum Linn.: kapas merah (umum), kapas beureum (Sunda), kapas jawa (Jawa).; - Gossypium barbadense Linn.: kapas rampit, kapas kayu; - Gossypium hirsutum Cav.: kapas mori (Jawa), kapas kejerat (Sumatra). 
 Perdu, tinggi 2-3 m.§Deskripsi 
Batang berkayu, tegak, bulat, hijau kotor.§
Daun tunggal,§ bentuk perisai. bercangap menjari tiga sampai lima, pertulangan menjari, tangkai panjang 6-10 cm, hijau.
Bunga tunggal, di ujung cabang dan di ketiak daun, kelopaktiga, bentuk bulat dengan pangkal melengkung, mahkota bulat, kuning.§
Buah kotak, lonjong, ujung runcing, panjang 5-6 cm, masih muda hijau setelah tua coklat kehitaman.§
Biji bentuk ginjal, diselimuti rambut putih, hitam.§ 
Akar tunggang, putih kotor.§
Habitat Saat ini, kapas ditemukan pada 47°N to 32°S. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 9-30°C dan temperatur minimum sekitar 14-15°C, meski beberapa berkecambah pada suhu hingga 12°C. Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum membutuhkan temperatur 25-30°C. 
Perbanyakan Perbanyakan kapas dilakukan dengan biji. Pengelolaan biji dan distribusi sangat penting untuk menjamin kualitas dan kemurnian biji. 
Bagian yang digunakan Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah biji, akar, daun, clan buah mudanya.
Khasiat tumbuhan Biji digunakan untuk mengatasi: 
- disfungsi ereksi (impoten), - ngompol (enuresis), - berkeringat pada malam hari,- wasir, dubur turun (prolaps anus), - perdarahan clan keluarnya cairan dari liang sanggama (vagina), - disentri,- nyeri perut clan ulu hati,
- demam yang hilang timbul, - radang telinga, - memperbanyak keluarnya air susu ibu (ASI), dan - kontrasepsi pada pria.
Akar digunakan untuk: 
- terlambat haid, - mengurangi keluarnya darah haid yang banyak, - mengurangi nyeri haid akibat endometriosis, - mempermudah persalinan, - mengatasi gangguan pencernaan,
- fungsi limpa yang menurun dengan gejala batuk dan sesak akibat lemahnya energi vital, dan - menghaluskan tumit yang teraba kasar. 
Buah muda digunakan untuk pengobatan: - diare.
Daun digunakan untuk pengobatan:- radang usus (enteritis), -demam, dan batuk berdahak. 


CARA PEMAKAIAN

Untuk obat yang diminum, tidak ada rekomendasi dosis. Urftuk pemakaian luar, giling daun segar sampai halus, lalu gunakan untuk menurap panu, luka, luka bakar, dan memar. Biji yang digiling halus digunakan untuk menurap herpes, skabies, luka, dan radang buah zakar (orkhitis).



CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT

Diare

Cuci clan potong buah kapas yang masih mucla clan segar (lima buah). Rebus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus.
Disfungsi ereksi (impoten)
Gongseng biji kapas (300 g) sampai kuning sambil tambahkan arak beras 1-2 sendok teh. Gongseng pula biji bawang putih di tempat terpisah. Selanjutnya, giling semua bahan sampai halus. Untuk pemakaian, ambil 10 g bubuk campuran tadi, larutkan dalam arak dan minum sewaktu perut kosong.
Berkeringat malam
Masukkan biji kapas sebanyak 10 g ke dalam panci email bersama tiga gelas air. Rebus dengan api kecil sampai airnya tersisa separuhnya. Setelah dingin, minum airnya sekaligus pada waktu perut kosong. Lakukan sekali sehari.
Mempermudah persalinan
Iris akar kapas tipis-tipis, lalu seduh dan minum seperti minum teh.
Catatan:
Ibu hamil dilarang minum rebusan biji clan akar kapas karena dapat menyebabkan keguguran.
Gosipol toksisitasnya rendah, namun menimbulkan beberapa efek samping. Pada sebagian pengguna bisa timbul rasa lemah sementara yang terjadi pada fase awal pengobatan tidak memerlukan pengobatan. Sekitar 1,2% pengguna timbul rasa mual dan muntah, sebagian lagi mengeluh menurunnya hasrat seksual.
Bisa timbul hipokalemia pada sebagian pengguna obat ini tanpa menimbulkan gejala akibat kekurangan kalium. Sebaiknya, pemakaian obat ini dilakukan dengan pengawasan herbalis berpengalaman.
Kandungan kimia
Buah, bunga clan daun mengandung saponin, flavonoida, polifenol, dan alkaloid. Kulit akar mengandung gosipol (asesquiterpene) 0,56-2,05%, asparagine, campuran resin, dan arginine. Minyak dari biji mengandung sekitar 2% gosipol dan flavonoid, serta kandungan asam lemak tak jenuh yaitu asam linoleat (54,16%) dan asam oleat (15,58%). Selain itu, terdapat asam lemak jenuh, seperti palmitat, miristat, stearat, dan arakidat. Gosipol berkhasiat menekan produksi sperma dan merangsang kontraksi rahim. Tingginya kadar asam lemak tak jenuh menyebabkan penggunaannya tidak akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Bunga mengandung kaempferol, herbacitrin, quercetin, isoquercetin, gossypetin, clan gossypitrin.
Sumber: 0. Sticker, 1976 Detil Data Gossypium , 2007 37


2.2 Metabolit Sekunder



2.2.1 Alkaloid

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. 
Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku – pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Sistem klasifikasi yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi tiga golongan yaitu :
a.Alkaloid sesungguhnya
Bersifat racun dan menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas. Diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
b.Protoalkaloid
Merupakan amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan adanya atom N yang berada di luar cincin heterosiklis.
c.Pseudoalkaloid
Senyawa bersifat basa. Yang termasuk dalam pseudoalkaloid adalah alkaloid steroidal dan purin.
Pembagian alkoloid yang lain adalah 
a.Alkoloid heterosiklis; b.Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis; c.Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d.Alkaloid peptida; e.Alkaloid terpen dan steroidal.
2.2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami, yang berfungsi sebagai antioksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna tanaman dan walaupun tak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu menghasilkan vitamin C, yang menjadikannya antioksidan yang sangat kuat. Flavonoids juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar. 
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6�C3�C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperature tinggi.
Campuran flavonoid dapat ditemui pada buah-buahan seperti berry, apel, bawang putih, anggur merah, teh, anggur hijau, jeruk, jeruk lemon, cherry, sayur-sayuran hijau, alga biru dan hijau dan banyak lagi yang lain. 
Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain. 
Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan bagaimana cara kerja mereka. 
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata).
Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam.
2.2.3 Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa – senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi (suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan jantung.
Steroid “hewan” yang khas, kolesterol, terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan, tetapi seringkali tidak ditemukan karena senyawa ini terdapat sebagai ester dan glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol bebas.
Beberapa senyawa ini, jika memang terdapat dalam tumbuhan, mungkin berperan sebagai pelindung, tetapi contoh yang baik untuk fungsi seperti itu hanya diberikan oleh empat golongan steroid yang aneh.
2.2.4 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang tersusun oleh kerangka karbon, terdiri dari dua atau lebih unit isopren. Terpenoid merupakan kelompok besar senyawa sekunder yang meliputi minyak esensial, triterpenoid nonvolatil, sterol, dan pigmen karotinoid. Dalam sel tumbuhan, terpenoid ditemukan dalam sitoplasma atau pada kelenjar khusus. 
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometric yang juga terdapat pada lemak/minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organic dan pemulihan sel-sel tubuh. Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. 
Petua Isoprena menyatakan bahawa sesuatu sebatian merupakan satu terpenoid jika boleh dibahagikan kepada 5 unit atom karbon (Wallach, 1887) yang digabung melalui sambungan kepala ke ekor (Ingold, 1925) karbon 1 adalah kepala bagi unit isoprena manakala karbon 4 adalah ekor. Boleh didapati dalam semua pengkelasan benda hidup merupakan komponen utama minyak pati, digunakan secara meluas kerana kualiti aromanya (herba tradisional dalam industri tumbuhan). Dalam penyelidikan sebagai bahan antibakteria, antineoplastik dan kegunaan dalam bidang farmaseutikal lain Menjadikan bau wangi kepada pokok kayu putih, perasa kepada kayu manis, cengkih, halia dan warna kepada bunga kuning.Terpenoid seperti citral, menthol, camphor dan cannabinoids boleh didapati dalam pokok ganja steroid dan sterol dalam haiwan dihasilkan secara biologi daripada pemula terpenoid (terpenoid precursor)
2.2.5 Saponin
Saponin mula – mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun ( bahasa latin sapo berarti sabun ). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus – ratus tahun.
Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan.
Sifat – sifat Saponin :
1.Berasa pahit. 2.Berbusa dalam air. 3.Mempunyai sifat detergen yang baik. 4.Beracun bagi binatang berdarah dingin. 5.Mempunyai sifat anti inflamatori 6.Mempunyai aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi. 
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain:
1.Pembasmi hama udang. 2.Sebagai detergen pada industri tekstil. 3.Pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran. 4 Pembentuk busa pada sampo. 5.Dalam industri farmasi. 




METODOLOGI PENELITIAN



3.1Waktu Pelaksanaan

Praktek ini dilaksanakan pada hari jumat, 23 Desember 2007 di Laboratorium Kimia FMIPA UNP.

3.2Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah daun kapas (Gossypium arboreum L ) 
3.3Alat dan Bahan
Corong pemanas; Pasir halus bersih; Tabung reaksi; Kapas¬Lumpang; Pisau/gunting; Plat tetes; Pipet tetes 
Simplisia tumbuhan(daun kapas); Amoniak – kloroform 0,05 N (1 ml amoniak dalam 250 mL kloroform); H2SO4 2N; Pereaksi mayer; Pereaksi Wagner; Pereaksi Dragendorf; Metanol; Asam sulfat pekat; Anhidrida asetat; Asam klorida pekat; Serbuk Magnesium.
3.4Prosedur Kerja
A.Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor – Fitzgerald
4 gr sampel segar Dirajang halus dan digerus 
Di dalam lumpang dengan bantuan pasir
Ditambah kloroform dan digerus
Membentuk Pasta
Ditambah 10 ml larutan amonia – kloroform 0,05 N dan disaring
Campuran dalam tabung reaksi
Ditambah 5 mL larutan H2SO4 2N dan didiamkan
Terbentuk 2 lapisan
Diambil
lapisan asam sulfat
Dimasukkan 
Tabung reaksi
Diuji
filtrat
Pereaksi Mayer Pereaksi Dragendorf
Pereaksi Wagner
Tes positif Tes positif Tes positif 
endapan putih endapan coklat endapan orange
. Identifikasi Flavonoid : Shinoda test / sianidin test
0,5 gram sampel halus
Diekstrak dg 5 mL metanol
Dipanaskan selama 5 menit
Ditambah 5 tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg
Campuran ekstrak
Tes positif
Warna berubah menjadi merah / pink / kuning
C. Identifikasi steroid/terpenoid : Metoda Lieberman – Burchard
3 tetes lapisan kloroform pada alkaloid 
Diteteskan
Pada plat tetes
Ditambah 5 tetes anhidrat asetat dibiarkan kering 
filtrat kering
Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
Tes positif
Warna merah / jingga / ungu Warna Biru
terpenoid steroid
D. Identifikasi Saponin : Uji Busa
Sampel kering
Dirajang halus 
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah 
Air suling
Dididihkan selama 2 – 3 menit dan dinginkan
Campuran dalam tabung reaksi
Dikocok kuat - kuat
Tes positif
Adanya
Busa stabil selama 5 menit


HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

UJI PEREAKSI HASIL

Alkaloid Culvenor – Fitzgerald
Mayer 
( - ) larutan bening
Wagner ( - ) larutan berwarna hijau
Dragendorf ( - ) larutan berwarna orange
Flavonoid Shinoda test/sianidin test

Metanol, HCl pekat dan serbuk magnesium
( - ) larutan berwarna hijau
Steroid /
Terpenoid Lieberman – Burchard
Kloroform, anhidrida asetat dan H2SO4 pekat ( - ) terpenoid larutan berwarna biru
( + ) steroid menunjukkan larutan berwarna biru
Saponin Uji Busa
Air suling ( - ) busa menghilang setelah 5 menit didiamkan.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin pada suatu sampel yakni daun kapas. 
Pengidentifikasian tersebut dilakukan dengan beberapa metoda, diantaranya sebagai berikut :
a. Identifikasi Alkaloid
Pengujian alkaloid dengan menggunakan metoda Culvenor – Fitzgerald ini. Lapisan asam sulfat yang merupakan filtrat sesuai dengan prosedur dengan cara menggerus sampel sebanyak 4 gram dalam lumpang dan ditambahkan larutan amonia – kloroform 0,05 N serta H2SO4 2N, lalu diuji dengan menggunakan beberapa pereaksi di antaranya adalah :
 Pereaksi MayerF 
Filtrat yang diuji dengan pereaksi Mayer, terlihat filtrat tetap larutan berwarna bening. Jadi, tes dengan reaksi ini merupakan tes yang negatif, karena tes positif terdapatnya endapan putih atau keruh.
 Pereaksi WagnerF 
Filtrat juga diuji dengan pereaksi Wagner, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna hijau. Jadi, tes dengan reaksi ini juga merupakan tes yang negatif.
 Pereaksi Dragendorf.F
Filtrat juga diuji dengan pereaksi Dragendrof, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna orange. Jadi, tes dengan reaksi ini juga tesnya yang negatif, padahal tes yang menunjukkan tes positif jika terbentuk endapan orange.
Dari ketiga pereaksi yang diuji pada filtrat ini, didapat hasil yang menunjukkan tes yang negatif padahal menurut literatur, filtrat yang diuji mengandung senyawa alkaloid atau menunjukkan tes yang positif adanya alkaloid. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada, kemungkinan telah terjadi beberapa kesalahan baik dari pengamatan, prosedur ataupun alat dan bahan yang digunakan.
b. Identifikasi Flavonoid
Pengujian dengan mengidentifikasi flavonoid dengan menggunakan metoda Shinoda test/sianidin test. Pada pengujian ini, sampel dirajang halus dan diekstrak dengan metanol lalu dipanaskan ± 5 menit. Setelah dipanaskan sampel ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Hasilnya membentuk larutan yang berwarna hijau sehingga menunjukkan hasil tes yang negatif dikarenakan hasil yang positif terlihat warna larutannya yang berwarna merah / pink atau kuning. Hal ini juga berbeda dengan literatur yang ada bahwa sebenarnya hasil yang ditunjukkan positif mengandung senyawa flavonoid. Kemungkinan telah terjadi kesalahan pada pengamatannya.
c. Identifikasi Steroid/Terpenoid
Metoda yang digunakan adalah metoda Lieberman – Burchard. Pada pengujian ini, lapisan kloroform hasil dari filtrat pada identifikasi alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan dibiarkan mengering. Setelah mengering ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Hasilnya menunjukkan tes yang positif untuk steroid, sedangkan tes negatif untuk terpenoid pada daun kapas. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur yang ada bahwa filtrat daun kapas menunjukkan hasil tes yang negatif baik itu pada steroid maupun pada terpenoid. Kemungkinan hal ini terjadi ketika pengambilan filtrat di bagian kloroform masih mengandung lapisan asam sulfat atau kemungkinan lainnya. Padahal pada terpenoid sesuai dengan literatur yang ada karena tidak mengandung terpenoid.
d. Identifikasi Saponin
Identifikasi ini menggunakan metoda uji busa. Dalam pengidentifikasi ini, digunakan daun kapas kering yang dirajang halus, lalu ditambahkan air suling secukupnya dan dipanaskan selama 2 – 3 menit. Setelah dingin, sampel tersebut dikocok kuat – kuat. Pada awalnya, setelah dilakukan pengocokan terbentuk busa. Namun setelah kurang dari 5 menit, busa tersebut hilang dan tidak ada lagi pada sampel. Ini menunjukkan bahwa tes yang dilakukan negatif, sehingga pada tes ini juga ada mengandung saponin. Berbeda dengan literatur yang mana sampel daun kapas mengandung saponin.


KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengidentifikasian pada percobaan dan hasilnya dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
a. Pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) tidak mengandung senyawa alkaloid yang dikarenakan tesnya menunjukkan negatif pada pereaksi mayer, wagner dan dragendrof.
b. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) juga tidak mengandung flavonoid yang berbeda dengan literatur yang mengatakan adanya flavonoid.
c. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) mengandung steroid yang juga berbeda dengan literartur yang ada, dengan tidak adanya steroid pada daun kapas.
d. Metabolit sekunder yang terpenoid tidak terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
e. Saponin juga tidak ada terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
f. Berbedanya senyawa yang dikandung daun kapas menurut literatur dengan hasil percobaan, kemungkinan telah terjadi berbagai kesalahan baik itu bahan, alat, prosedur maupun pengamatan.
5.2 Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengenal lagi mengenai daun kapas ini, penulis menyarankan sebagai berikut :
a. Ketika melakukan percobaan, sebaiknya sampel yang akan diuji harus digerus dengan halus / dirajang dengan halus agar kandungan kimia yang dikandung pada sampel dapat keluar.
b. Dalam penggerusan sampel digunakan alat yang lebih akurat agar didapat sampel yang sangat halus.
c. Sebaiknya sampel yang digunakan daun yang berumur menengah atau dengan kata lain daunnya tidak terlalu muda maupun juga tidak terlalu tua, kemungkinan hal ini berpengaruh.
d. Dalam mengidentifikasi sampel tidak difokuskan pada 4 metoda saja dan sebaiknya lebih dari 4 metoda untuk mengidentifikasi sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia. 
Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universita terbuka.
Amrun Hidayat, M. Alkaloid Turunan Triptofan. Makalah Ilmiah. In Internet. 
Anwar, chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Yogyakarta.
Bernays, E.A. & R.F. Chapman. 1994. Plant selection bt phytophagous insects. Chapman & Hall. Inc. New York. 
Departemen Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Padang : UNP.
Trevon Robinson. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants, Alih bahasa : Dr Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.
Wardiyono. 2007. Detil Data Gossypium. In Internet.



an� �#y e @W� �� und:white'> 

0,5 gram sampel 

diekstrak dengan 5 ml metanol
dipanaskan selama 5 menit
ekstrak
+ beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg 
merah / pink atau kuning
(sampel mengandung flavonoid) 
3. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard 
lapisan kloroform pada uji alkaloid
ditempatkan pada plat tetes
+ 5 tetes anhidrida asam asetat 
dibiarkan mengering
+ 3 tetes H2SO4 pekat 
warna merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid
warna biru : tes positif untuk steroid

4. Identifikasi saponin : uji busa 
Sampel kering dirajang halus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
+ air suling
dididihkan 2 – 3 menit
didinginkan
dikocok kuat - kuatdirajang halus
Adanya busa stabil selama 5 menit
Uji Pereaksi Hasil Keterangan
Alkaloid Mayer
Wagner Dragendorf - -
Flavonoid HCl pekat dan serbuk magnesium + Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
Steroid/terpenoid Anhidrida asetat dan H2SO4 pekat - -
Saponin Air suling - -
4.2 Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan terhadap daun selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf . Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan yang tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih. 
2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat.
3. Idetifikasi Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen akan dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap terpenoid dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang didapatkan yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru. Dari hasil eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun selasih tidak mengandung steroid dan terpenoid. 
4. Identifikasi Saponin
Pada eksperimen ini dihasilkan busa yang relatif banyak setelah dilakukan pengocokan kuat pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun dewa tidak mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif. Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 
1. Tanaman selasih tidak mengandug alakloid yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan setelah direaksikan dengan beberapa pereaksi. 2. Tumbuhan selasih mengandung flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink. 3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid atau terpenoid.
4. Tumbuhan selasih mengandung saponin karena tidak terbentuk busa.
5.2 Saran: 1. Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman obat jenis lainnya yang belum pernah diteliti sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. 2. Untuk identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah tanaman yang segar. 3. Sampel harus dirajang dahulu kalau bisa di gerus agar senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan pada saat penambahan reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
http://www.google.com/daun selasih.htm





Analisa Kimia Daun Salam



Sri handayani 66990 / 2005 Pendidikan Kimia Nr

Universitas Negeri Padang



2.1 Botani Tumbuhan
Tanaman daun salam dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut. Pohon salam yang biasanya tumbuh liar dihutan dan pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter. Pohon salam juga dapat tumbuh dipekarangan – pekarangan rumah dengan keadaan tanah yang gembur. 
Daun rasanya kelat dan astrigen, daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur, digunakan dalam masakan sebagai penambah aroma. Selain daun yang dipakai senagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok atau stek.
Ditinjau dari kajian saintifik juga, daun salam mengandung sejenis minyak atsiri ayng dapat menegah pertumbuhan berbagai bakteri. Untuk tujuan pengobatab tradisional, bagian yang digunakan adalah daun, selain itu kulit, batang, akar, dan buah juga berkahsiat sebgai obat.
Daun salam mengandung minyak atsiri (sitral, eugenol), tanin dan flavonoid. Dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak atsiri daun salam dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyaka atsiri yang mampu menghambat pertumbuhan E. Coli adalah 40% sedangkan terhadap S. Areus sekitar 5%. Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode cakram menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menghambat bakteri E. Coli, Vibrio Chaera, Salmonela sp dan ekstrak air daun salam memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula).

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (tumbuhan) 
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida 
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae 
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp
Gambar 1. Daun Salam

Khasiat untuk obat
• Menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi
Cuci 10-15g daun salam segar sampai bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus di malam hari. Lakukan pengobatan ini setiap hari.

• Sakit maag
Daun salam segar sebanyak 15-20 lembar dicuci bersih. Rebus dengan 1/2 liter air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingin, minum airnya sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih dan penuh dilambung hilang.

• Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar samapi bersih. Tambahkan 2 gelas air, lalu rebus sampai mendidih (Selama 15 menit). Selanjutnya masukkan sedikit garam. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus.

• Kencing manis
Cuci 7-15 lembar daun salam segar, lau rebus dalam 3 gelas air samapai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus sebelum makan. Lakukan sehari 2 kali.

• Khasiat lainnya : mengatasi asam urat yang tinggi, stroke, melancarkan peredaran darah,radang hidung, gatal – gatal dan mabuk alkohol.

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder
a. Alkaloid
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sigat – sifat sebagai berikut :
a. Biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform.
b. Bersifat basa, pada umumnya beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif.
c. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan – endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya.
Senyawa alkaloid dapat diklasifikasikan dari gugus fungsi yang dikandungnya : (Rangke, 1998 : 133) 
a. Alkaloid feniletamin, misalnya efedrin.
b. Alkaloid pirolidin, misalnya higrin dari koka.
c. Alkaloid piridin, misalnya asam nikotinat.
d. Alkaloid perpaduan pirolidindan piridin, misalnya nikotin.
e. Alkaloid kuinolin, misalnya kuinin.
f. Alkaloid isokuinolin, misalnya papaverin.
g. Alkaloid fenantrena, misalnya emetin.
h. Alkaloid indole yang masih dapat digolong – golongkan menjadi :
a) Alkaloid sederhana, misalnya triptamin.
b) Alkaloid ergot, misalnya serotonin.
c) Alkaloid hermala, misalnya β-karbolin.
d) Alkaloid yahimbe, misalnya reserpin.
e) Alkaloid strychnos, misalnya brusin dan strinkin.

b. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. 
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
a) Sebagai pigmen warna
b) Fungsi patologi dan sitologi
c) Aktivitas farmakologi
Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll. Gabor et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
d) Flavonoid dalam makanan.

c. Terpenoid
Banyak tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar) yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebt terpen. Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery), makanan dan obat – obatan.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isopren), yang bergabung secara head to tail (kepala – ekor). Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid ( isoprena).
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid terbagi atas :
a. Monoterpena (dua unit isoprena)
b. Seskuiterpena (tiga unit isoprena)
c. Diterpena (empat unit isoprena)
d. Triterpena (enam unit isoprena)
e. Tetraterpena (delapan unit isoprena)
Monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsir) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak atsiri hati ikan, karoten – karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam ) adalah politerpen.

d. Steroid
Secara sederhana steroid dapat dioartkan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren), mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. 
Sebagian besar dari steroid mempunyai sifat sebagai berikut: 
• Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau OH) pada C3
• Mengandung gugus samping pada C17
• Banyak yang mengandung ikatan rangkap C4 – C5 atau C5 – C6 
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung man seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin. 

e. Saponin
Saponin merupakan suatu senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi.
Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4 diuji dengan beberapa pereaksi (Mayer, Wagner dan Dragendorf). Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa daun salam tidak mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan putih keruh dengan pereaksi Mayer atau endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendor. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. 



2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel juga dirajang halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Ketika pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa tetes asam klorida dan sedikit serbuk Mg. Pada tabung reaksi yang dipanaskan terlihat perubahan warna menjadi merah, akibat dari sampel yang telah dirajang halus bewarna hijau ditambah metanol yang larutannya bening dan dingin. Keduanya bereaksi dalam tabung reaksi yang dipanaskan beberapa menit, reaksi keduanya terbentuklah perubahan earna menjadi merah. Flavonoid mempunyai banyak fungsi seperti : sebagai pigmen warna, fungsi fisiologi dan patologi, fungsi farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.

3. Identifikasi steroid/terpenoid
Pada identifikasi steroid, lapisan kloroform yang diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan dikeringkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Pada percobaan diperoleh warna biru pada plat tetes. Untuk melihat warna biru pada plat tetes membutuhkan waktu pengeringan yang cukup lama, terbentuknya warnapun akan lama. Pembentukkan warna biru dapat diamati pada bagian pinggir lingkaran bagian plat tetesnya. Saat benar – benar kering baru ditambah H2SO4 barulah tampak warna birunya. Hasil ini menunjukkan bahwa daun salam mengandung steroid dan menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung terpenoid.

4. Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian dihaluskan. Lalu ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3 menit. Lalu didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan yang dilakukan terbentuk busa. Namun busa yang terbentuk tidak permanen, karena busa tersebut cepat hilang. Adanya busa yang tidak permanen tersebut menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung saponin.
5.1 Kesimpulan 
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa daun salam mengandung berbagai senyawa – senyawa kimia bermanfaat seperti flavonoid dan steroid. 
Senyawa – senyawa yang dikandung daun salam ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesehatan. Penggunaan daun salam dalam bidang kesehatan adalah untuk pengobatan, kolesterol tinggi, kening manis, tekanan darah tinggi, radang lambung, maag, diare dll.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun salam adalah flavonoid dan steroid, hal ini dapat dibuktikan dengan tes positif saat melakukan percobaan. 

5.2 Saran
Untuk paper ini disarankan dalam pengidentifikasikan senyawa – senyawa dalam daun salam bila harus menggunakan tanaman yang segar, diharapkan diambil beberapa saat sebelum pengidentifikasian. Tidak dibiarkan selama berjam – jam karena bisa saja senyawa yang sebenarnya ada dalam tanaman tidak teridentifikasi karena senyawanya sudah rusak. Namun selain itu, praktikan juga harus teliti dalam mengidentifikasi senyawa organik senyawa organik bahan alam. 
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.


pan> b @W� �� orphans: 2;text-align:-webkit-auto; widows: 2;-webkit-text-size-adjust: auto;-webkit-text-stroke-width: 0px; word-spacing:0px'> 

2. Identifikasi Flanoid : Sianidin test 

0,5 gram sampel 
diekstrak dengan 5 ml metanol
dipanaskan selama 5 menit
ekstrak
+ beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg 
merah / pink atau kuning
(sampel mengandung flavonoid) 
3. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen – Burchard 
lapisan kloroform pada uji alkaloid
ditempatkan pada plat tetes
+ 5 tetes anhidrida asam asetat 
dibiarkan mengering
+ 3 tetes H2SO4 pekat 
warna merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid
warna biru : tes positif untuk steroid

4. Identifikasi saponin : uji busa 
Sampel kering dirajang halus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
+ air suling
dididihkan 2 – 3 menit
didinginkan
dikocok kuat - kuatdirajang halus
Adanya busa stabil selama 5 menit
Uji Pereaksi Hasil Keterangan
Alkaloid Mayer
Wagner Dragendorf - -
Flavonoid HCl pekat dan serbuk magnesium + Terjadi perubahan warna sampl menjadi kuning.
Steroid/terpenoid Anhidrida asetat dan H2SO4 pekat - -
Saponin Air suling - -
4.2 Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini dimana terjadi perubahan warna Dari eksperimen yang dilakukan terhadap daun selasih, tes ini menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk endapan putih/keruh dengan pereaksi mayer, tidak terbentuk endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf . Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung alkoloid. Ini sesuai dengan yang tertera dalam kandungan kimia dari daun selasih. 
2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel daun dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang semula bewarna hijau berubah warnya menjadi kuning kemerahan. Dengan terjadinya perubahan warna tadi menandakan bahwa daun dewa mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat.
3. Idetifikasi Steroid/Terpenoid
Pada eksperimen akan dihasilkannya warna jingga/ ungu yang menandakan uji positif terhadap terpenoid dan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Hasil yang didapatkan yaitu negatif karena tidak terbentuk warna jingga/ungu ataupun biru. Dari hasil eksperimen dengan teoritis didapatkan kecocokan, bahwa pada daun selasih tidak mengandung steroid dan terpenoid. 
4. Identifikasi Saponin
Pada eksperimen ini dihasilkan busa yang relatif banyak setelah dilakukan pengocokan kuat pada larutan sampel. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa daun dewa tidak mengandung saponin, ini ditunjukan dengan hasil yang negatif. Selain membentuk busa yang stabil, saponin juga mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 
1. Tanaman selasih tidak mengandug alakloid yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan setelah direaksikan dengan beberapa pereaksi. 2. Tumbuhan selasih mengandung flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink. 3. Tumbuhan selasih tidak mengandung steroid atau terpenoid.
4. Tumbuhan selasih mengandung saponin karena tidak terbentuk busa.
5.2 Saran: 1. Sebaiknya pengujian dilakukan pada tanaman obat jenis lainnya yang belum pernah diteliti sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. 2. Untuk identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah tanaman yang segar. 3. Sampel harus dirajang dahulu kalau bisa di gerus agar senyawa – senyawa yang terdapat didalam sampel keluar dan pada saat penambahan reaksi kimia harus hati – hati agar hasilnya maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.
http://www.google.com/daun selasih.htm